Yuk, Meneladani Kisah Nabi Ayyub! [Cerita Anak]

0
76

Pagi masih temaram. Selepas bangun dari tidur, Farhan dirundung rasa gatal yang hebat di sekujur tubuhnya. Ia menggaruk-garuk tubuhnya berulang-ulang seperti tidak meninggalkan jeda. Lalu Farhan mandi serta melakukan persiapan untuk berangkat sekolah.
Dengan wajah cemas ia memanggil-manggil Ibunya. “Bu…Bu…Bu…!” Suara pekikan Farhan terdengar oleh ibunya yang sedang sibuk di dapur.

Segera ibu menghampiri Farhan yang hendak bersiap berangkat sekolah. “Badan Farhan kok gatal-gatal ya bu?” Tanya Farhan cemas
“Masih bisa berangkat sekolah, hari ini?” Tanya Ibu.
“Masih bisa kok Bu,” jawab Farhan.
“Pulang sekolah nanti periksa ke dokter, ya!” perintah ibu. Farhan mengangguk lalu mencium tangan ibunya untuk berpamitan.

Di kelas, Farhan duduk di bangku sembari membaca buku untuk sekedar mengingat-ngingat materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Tangan Farhan tak henti menggaruk-garuk badannya. Ia semakin gelisah karna merasa tidak nyaman.
Di jam istirahat Farhan tidak bermain, karena merasa tidak enak badan. “Loh, Farhan lenganmu kenapa kok merah-merah begitu?” ujar Ziyad kaget.

Farhan hanya diam dan meringis kesakitan. Tampaknya rasa gatal bertambah dengan rasa nyeri dan panas disertai bentol-bentol di tubuhnya. Farhan tidak tahu harus berbuat apa. Ia kebingungan dan matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis.
Mila teman Farhan yang merasa iba melihat Farhan, melaporkan kejadian itu pada guru. Ia diperintahkan pulang lebih awal.
Usai ibu membawanya ke Rumah Sakit, diagnosa dokter menyatakan bahwa Farhan terkena cacar air.

Seminggu setelahnya, Farhan masuk sekolah dengan penyakit cacar yang belum sembuh seutuhnya.
“Jangan dekat-dekat Farhan, nanti penyakitnya nular,” ucap Nizam dengan keras, meledek Farhan di depan teman-temannya.
“Iya betul jangan ajak Farhan main. Nantik nular!” tegas Aqsa.

Farhan sedih dan merasa terpojokkan usai mendegar perkataan teman-temannya. Padahal Farhan sudah membayangkan serunya bermain bersama teman-temannya setelah lama tidak bermain.

“Kalian kenapa sih, padahal kemarin-kemarinnya kita bermain seru-seru saja sama Farhan, kok sekarang jadi begitu?” ujar Adit heran.
“Emang kamu gak tahu Dit, kalau penyakit cacar itu menular,” ketus Aqsa.
“Tahu, tapi kan Farhan sudah sembuh. Lagian cacarnya sudah kering kok. kita saling menjaga saja bukan berarti tidak mengajak Farhan bermain bersama,” ujar Adit.

“Tapi tetep aja bekas cacarnya masih ada banyak” ujar Robi.
“Iya betul, luka cacarnya juga tidak benar-benar kering amat tuh, pokoknya aku gak mau ikut main kalau Farhan juga main,” ucap Nizam.

“Kalian itu yaa keterlaluan…,” ketus Adit masih berusaha menanggapi.
“Kalau begitu kamu saja main sama Farhan!” kata Beni.

Atas peristiwa itu Farhan menjadi berkecil hati. Sedih karena tidak bisa ikut bermain bersama teman-temannya. Ia lalu pergi meninggalkan teman-temannya. Ia terus memikirkan perkataan teman-temannya tadi. Sesekali Farhan memandangi teman-temannya yang sedang riang bermain.

“Sudahlah Farhan, tidak usah bersedih. Aku temani kamu baca buku ya,” kata Adit berusaha menghibur Farhan.

“Makasih ya, Dit,” ujar Farhan pasrah.

Di rumah, Farhan menceritakan apa yang di alaminya di sekolah. Ia mengadu pada ibunya sembari menangis terisak. Ibu mencoba menenangkan Farhan dengan mengajaknya mendengarkan sebuah kisah tentang Nabi Ayyub yang patut diteladani atas musibah yang datang bertubi-tubi.

“Nabi Ayyub dahulu merupakan seorang Nabi yang sangat kaya dengan harta berlimpah. Beliau juga dikenal sebagai orang yang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Ia selalu bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepadanya. Namun, suatu ketika musibah datang yang membuat harta serta anaknya hilang. Nabi Ayyub juga ditimpa penyakit judzam (kusta atau lepra) selama 18 tahun. Akibatnya, semua orang menjauh dari dirinya. Namun Nabi Ayyub tetap sabar, selalu berdzikir dan berdoa kepada Allah untuk keselamatan dan kesembuhan,” kata ibu mengakhiri cerita.

“Apa yang kamu alami tidak ada apa-apanya Nak, dibanding kisah Nabi Ayyub,” kata ibu menambahkan. Lalu Ibu mengusap lembut kepala Farhan. Farhan kagum mendengar kisah Nabi Ayyub. Ia berhenti menangis sedih dan terharu akan kesabaran Nabi Ayyub yang diberi ujian selama itu.

Esok harinya di Sekolah. Farhan melihat Aqsa dan Nizam yang sedang kebingungan di meja belajarnya. Farhan yang diam-diam mendengar perbincangan Ziyad dan Nizam mengatakan, “Aku paham dengan materi pelajaran itu,” kata Farhan tiba-tiba dan menghampiri keduanya. Namun mereka tetap menjaga jarak.

Dengan senang Farhan menjelaskan materi pelajaran. Sedangkan Aqsa dan Nizam menyimak baik-baik atas penjelasan Farhan.
“Sebaiknya jika ada PR dikerjakan di rumah,” kata Farhan
“Bukan tidak mau mengerjakan PR, Farhan, dari tadi malam saya kesulitan menjawabnya,” kata Nizam.
“Ya sudah kalau ada kesulitan pelajaran kita belajar sama-sama,” Farhan pun tidak sungkan mengajak kedua temannya itu datang ke rumahnya untuk belajar bersama.

“Maafkan kita ya Farhan, karna telah mengejekmu kemarin. Kamu sekarang membantu kami,” ucap Aqsa.
“Sudahlah lupakan saja. Sesema teman kan harus saling memaafkan dan membantu” tegas Farhan sambil tersenyum lebar. Semenjak kejadian itu, ketiganya menjadi teman akrab.

Biodata Penulis
Malihatun Nikmah, S.Pd, adalah seorang guru dan Penulis Lepas. Tinggal dan lahir di Sumenep, Madura. Penulis menulis Puisi, Cerpen, Opini, Artikel, Esai, Cernak (Cerita Anak), Cerita Humor, Cerita Islami, dan Reportase. Karya tulis dimuat di berbagai media cetak dan media online seperti: Harian Merapi Yogyakarta, Radar Pekalongan Batang, Harian Sinar Baru Indonesia, Koran Solopos, Pos Bali, Harian Bhirawa, Jawa Pos Radar Madura, Jawa Pos Radar Bromo, Jawa Pos Radar Kediri, Harian Surya Surabaya, Nusa Bali, Harian Kabar Madura, Diksi Jombang, Gebrak Gorontalo, Maarif NU Jateng Semarang, Koran Merapi Yogyakarta, Harian BMR Fox Sulawesi Utara, KarebaIndonesia.id, Majalah Anak Cerdas, cerano.id, harakatuna.com dan media lainnya. Media Luar Negeri : Utusan Borneo (Sabah, Malaysia) dan Suara Sarawak Malaysia. Telah menyelesaikan Pendidikan Sarjana di IAIN Madura. Fakultas Tarbiyah, Prodi Tadris Bahasa Indonesia tahun 2020.

Akun media sosial: IG;@malihatun_nikmah99, e-mail; nikhmahh@gmail.com, Facebook; Malihatun Nikmah. Beberapa prestasinya di antaranya: Juara 3 Lomba Cipta Puisi Kebangsaan oleh Ikatan Pelajar Nahdhlatul Ulama (IPNU) & Ikatan Pelajar Putri Nahdhlatul Ulama (IPPNU) Kec. Rubaru, Kab. Sumenep 2020; Penulis Terpilih oleh Penerbit Azizah Publishing Malang 2020; Penulis Terpilih oleh Teater Universitas Negeri Semarang 2020; Penulis Terbaik oleh Seni Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2020; Penulis Terpilih oleh Penerbit Jendela Sastra Indonesia Januari, 2021; Antologi puisi bersama penerbit Azizah Publishing 2020, Antologi Puisi Bersama Seni Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2020, Antologi Puisi Bersama Teater Universitas Negeri Semarang 2020, dan Antologi Puisi Bersama Penerbit Jendela Sastra Indonesia 2020.


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here