Dalam terang-Mu aku belajar mencintai
Dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi
Kau senantiasa menari dalam hatiku, meski tiada seorang yang melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu
Dan, sungguh, Penglihatan Agung inilah yang menjadi inti dari seniku
Siapa tak mengenal Maulana Rumi? Kisah cintanya yang dia lukiskan begitu indah. Kalimat-kalimatnya menukik sampai ke relung hati. Begitu mesra, lembut sekaligus agung, namun tampak aneh bagi sebagian manusia. Ya, karena jika lazimnya manusia akan mendendang kerinduan kepada sesama manusia, Rumi melantunkan syair-syair kerinduannya kepada Sang Pencipta. Karena itulah, selain menjadi penyair yang tersohor dan diakui di seluruh dunia, Jalaluddin Rumi juga dikenal sebagai sosok sufi yang sangat popular dan memiliki banyak pengikut.
Kehadiran sosok ini sejatinya memang menuai kontroversi. Sebagian ulama salaf kurang setuju dengan jalan hidupnya. Tarian-tarian sufisme, pemujaan kepada sang guru lewat syair-syair yang melankolik, perjalanan spiritual yang akestik, dianggap tidak seiring dengan dakwah para ulama-ulama sebelum dan di masa itu. Terlebih ketika beliau meninggalkan dunia keilmuan, kitab-kitab yang dipelajari, serta dunianya sebagai seorang guru agama untuk mengikuti serorang darwish bernama Syamsuddin Al-Tabrizi, atau dikenal sebagai Syams Tabrizi. Sang guru inilah yang kemudian membimbing Rumi pada dunia yang baru.
Artikel ini tidak sedang menggagas kontroversi tersebut, namun berfokus pada kekaryaan Rumi. Sebagai sosok yang memiliki andil besar dalam dunia kepenyairan, tentu sangat menarik jika Filmi membahas meski sekilas tentang siapa itu Jalaluddin Rumi. Di luar hal ini, mari kita berlepas diri dari segala perdebatan yang ada di antara para ulama.
Siapakah Jalaluddin Rumi?
Jalaluddin Rumi, atau Maulana Jalaluddin Muhammad Balkhi, adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah sastra dan spiritualitas Islam, khususnya tentu dunia sufi, sebagaimana saya singgung di atas. Beliau berasal dari Balkh, sebuah kota di Afghanistan. Beliau lahir pada 30 September 1207. Usianya tak terlalu panjang, karena beliau wafat dalam usia 66 tahun, yakni pada 17 Desember 1273 di Konya, Turki.
Rumi lahir dalam keluarga terpelajar. Ayahnya, Bahauddin Walad, adalah seorang cendekiawan terkemuka dan dikenal karena kesalehannya di kota Balkh. Ada sumber yang menyebutkan bahwa beliau merupakan keturunan dari Abu Bakar As-Shidiq. Saat Rumi masih bocah, kondisi Afghanistan tidak aman, karena adanya ekspansi dari Tentara Mongol yang dikenal kejam dan tanpa kenal ampun kepada siapapun. Bahauddin Walad pun membawa keluarganya untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman. Mereka akhirnya menetap di Konya, Anatolia (sekarang Turki).
Proses Kreatif Kepenulisan
Andai tidak bertemu sosok Syamsuddin Tabrizi, mungkin kita tak mengenal syair-syair Rumi yang begitu indah dan dalam. Sebagaimana anak dari para ulama masa itu, Rumi mendapatkan pendidikan agama secara mendalam dari ayahnya dan dari para ulama terkemuka saat itu. Namun, pertemuan Rumi dengan seorang darwish (sosok yang memandu tarekat kesufian) pengelana bernama Syamsuddin Tabrizi pada tahun 1244 menjadi titik balik dalam hidupnya.
Syams Tabriz memperkenalkan Rumi pada pengalaman mistik yang mendalam, yang membawanya lebih dekat kepada Tuhan. Hubungan spiritual ini menghasilkan transformasi besar dalam hidup Rumi, yang tercermin dalam karya-karyanya. Sosok Syams Tabrizi sendiri adalah sosok yang misterius, namun terlibat dalam banyak dialog-dialog sufistik dengan Rumi. Di tengah kedekatan guru dan murid tersebut, Syams Tabrizi tiba-tiba hilang. Thomas Parker, seorang penulis Amerika menyebutkan bahwa Syams Tabrizi dibunuh secara misterius.
Tentu kita sangat sulit menelaah, apa sebenarnya pergolakan jiwa yang terjadi pada sosok Rumi dan gurunya tersebut. Kita juga berlepas diri dari berbagai fitnah yang menimpa beliau—karena memang banyak tuduhan-tuduhan dialamatkan kepada sosok Rumi dan gurunya tersebut. Yang kita tahu, dalam bimbingan Syams Tabrizi, Rumi berkembang sebagai sosok penyair yang popular di seluruh dunia. Karya-karyanya sangat inspiratif, terkadang terkesan mistis dan simbolik, dan mengekspresikan kecintaan yang sanga dalam terhadap Allah SWT, Rabb semesta alam.
Karya-Karya Rumi
Rumi dikenal ke seluruh penjuru dunia karena menulis banyak karya sastra yang penuh dengan tema cinta ilahi, pencarian spiritual, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Karya-karya Rumi banyak dikritik oleh kalangan teolog Muslim, namun justru diakui oleh kalangan sastra di dunia barat. Bahkan, Rumi merupakan salah satu penyair muslim yang paling popular di Amerika Serikat. Bahkan, Unesco pada tahun 2007, di ulang tahun Rumi ke 800 menetapkan tahun tersebut sebagai Tahun Internasional Rumi.
Apa saja karya-karya beliau? Yang paling terkenal barangkali adalah Masnavi-i Ma’navi (Masnawi), sebuah kumpulan puisi yang terdiri dari enam jilid. Masnawi dianggap sebagai salah satu teks paling penting dalam literatur sufi. Karya ini ditulis dalam bahasa Persia, dan disusun oleh Rumi di Konya.
Selain itu juga ada Diwan-i Shams-i Tabrizi. Ini merupakan kumpulan puisi yang didedikasikan untuk Syamsuddin Tabrizi, berisi luapan cinta kepada sang guru yang membimbingnya pada cinta ilahiyyah. Kehilangan Rumi atas sosok sang guru yang ‘hilang secara misterius’, membuatnya sangat kehilangan, menciptakan konflik batin yang kuat, namun ternyata mengalirkan banyak inspirasi untuk menulis puisi ini.
Tulisan Rumi tidak hanya berbentuk syair, tetapi ada juga yang prosa. Buku Fihi Ma Fihi merupakan karya Rumi yang berupa tulisan prosa yang menjelaskan pandangan Rumi tentang kehidupan, spiritualitas, dan eksistensi. Rumi percaya bahwa cinta adalah inti dari semua keberadaan. Namun, jangan salah. Cinta dalam perspektif Rumi sangat berbeda dengan cinta dalam pandangan manusia pada umumnya. Baginya, cinta bukan sekadar rasa, tetapi sesuatu yang membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan.
Rumi juga menekankan pentingnya musik, tarian, dan puisi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tradisi tarian sufi berupa tarian berputar-putar (whirling dervishes) yang terkenal dalam tarekat Mevlevi berasal dari ajaran Rumi.
Puisi-puisi Rumi biasanya berupa ghazal dan rubaiyat. Ghazal adalah puisi klasik khas Persia, yang biasanya bertema tentang cinta. Sedangkan rubaiyat adalah puisi yang terdiri dari 4 baris. Sebagai orang yang menyukai puisi, saya tentu selalu mampu terhanyut dalam syair-syair Rumi. Namun, terus terang saya tidak bisa memahami pergulatan spiritual dari sang maulana ini. Mungkin maqam saya belum sampai?
Hujan Desember menitik, lalu menderas, tempiasnya terhempas angin menampar lembut kaca jendela. Musin hujan kali ini terasa syahdu. Dan dalam gemuruh suara hujan, saya seperti mendengar sayup-sayup seseorang membacakan sebuah puisi karya Rumi.
Aku memilih mencintaimu dalam diam,
karena dalam diam tak akan ada penolakan.
Aku memilih mencintaimu dalam kesepian,
karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu kecuali aku.