Resensi Buku: Wanita Berkarir Surga

1
913

Judul : Wanita Berkarir Surga
Penulis : Felix Y. Siauw & Tim Da’wah @HijabAlila
Halaman : 182 halaman
Penerbit : Al Fatih Press
ISBN : 978-602-71986-8-5
Cetakan : III, Juli 2018

Zaman sekarang banyak orang tua dan pemuda-pemudi yang berpikir bahwa wanita yang keren itu adalah wanita karir. Stereotip ini bermula dari sejarah kelam kaum wanita pada peradaban Yunani, Romawi, Eropa, Arab kuno, India, dan Tiongkok yang menempatkan wanita pada posisi rendah. Kedudukan wanita tidak jauh dari penghinaan serta perbudakan, dan tugas utamanya hanya sebagai pemuas kaum pria. Berdasarkan pengalaman tersebut, terbentuk kesadaran untuk memperjuangkan nasib wanita agar setara dengan pria. Gerakan kesadaran inilah yang dikenal sebagai feminisme. Istilah feminisme diutarakan pertama kali pada awal abad ke-19 oleh seorang sosialis Perancis bernama Charles Fourier.

Feminisme ekstrimis beranggapan bahwa Islam mendiskriminasi wanita. Ketentuan wanita diwajibkan menutup aurat dianggap sebuah pemaksaan, pria boleh menikahi hingga 4 perempuan, pria yang memiliki hak menceraikan, warisan untuk pria lebih besar dari wanita, dsb. Feminis ekstrimis memandang aturan Islam membuat wanita terkekang, tertekan, dan tidak berkembang. Pemahaman “wanita sukses” masa kini cenderung menjadi sangat materialistis. Wanita karir menjadi titel yang dibanggakan hingga muncul anggapan bahwa profesi ibu rumah tangga dipandang sebagai nasib para wanita berpendidikan rendah.

Ketika wanita sudah berfikiran seperti itu, apa yang terjadi?

Berdasarkan social.rollins.edu, gerakan feminisme menciptakan perubahan yang signifikan terhadap tingkat perceraian di United States sejak 1970. Fitrah ayah ibu tidak berjalan semestinya. Korban utama perceraian adalah anak-anak. Hilangnya kehangatan dalam keluarga membuat anak-anak melampiaskan kepada hal lain. Pelarian yang banyak ditemukan adalah narkoba, tindakan kriminal, LGBT, dan seks bebas yang menyebabkan tingginya kasus aborsi. Bagi kaum feminis ekstrimis, “kesetaraan” sama artinya dengan “sama dalam segala hal”. Padahal secara ilmiah pria dan wanita dilahirkan dengan fisiologi yang berbeda sehingga memengaruhi peran keduanya dalam kehidupan. Pria dan wanita diciptakan berbeda, dan perbedaan itu Allah tunjukkan pada manusia dengan tujuan bukan untuk bersaing tapi untuk saling melengkapi.

Islam memuliakan wanita karena “Dunia itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah” (HR. Muslim). Dan menutup aurat adalah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap wanita.

Dalam HR. Timidzi, Islam juga melarang suami menyakiti istri. Islam tidak melarang wanita untuk bekerja. Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah merupakan seorang bussiness woman sukses. Beliau wanita karir pekerja keras, dan beliau tetap menjalankan perannya sebagai istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya.

Buku ini mengangkat tema yang menarik karena feminisme berkembang dengan pesat belakangan ini. Dengan layout design yang menampilkan ilustrasi berwarna membuat pembaca tertarik untuk membaca dan memudahkan dalam memahami isi buku. Penulis mengajak kita semua berpikir lebih luas dan tidak hanya mengikuti tren yang ada.

Mengutip dari Ummu Alila, istri Ustadz Felix Y. Siauw, karir bagi wanita boleh asalkan atas restu suami dan tidak mengganggu kewajiban sebagai istri bagi suami serta ibu bagi anak-anak, karena di situlah rida Allah berada.

“Tinggalkan kenikmatan semu, raih mahkota kemuliaanmu.”


1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here