Nasi Goreng Family

0
28

Amy mengemasi buku pelajarannya dengan wajah murung. Ia baru saja mendapat pengarahan dari wali kelas mengenai persiapan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu). Amy yang sekarang duduk di kelas 4 memang aktif mengikuti ekstrakurikuler Pramuka. Dan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, pihak sekolah mengadakan kegiatan perkemahan di lingkungan sekolah sendiri. Amy sangat antusias. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya.

“Kak Amy, ayo pulang!” ajak Mila, adik Amy yang masih duduk di kelas satu.

“Sebentar, Dek. Kakak masih membereskan buku.”

Sesampainya di rumah, Amy dan Mila bergegas menghampiri ibunya yang dapat dipastikan sedang berada di halaman belakang.

“Assalamualaikum… Ibu, kami pulang,” ucap Mila dan Amy berbarengan.

“Waalaikumussalam. Langsung ganti baju lalu makan siang, ya.”

Seusai makan siang sekaligus mencuci piring, Amy membantu ibunya mengangkat jemuran. Bukan pakaian milik sendiri, melainkan milik orang. Karena ibu Amy memang bekerja sebagai buruh cuci.

“Bu, tadi Amy sudah diberi pengarahan mengenai persiapan Persami besok.”

“Apa ada barang yang wajib dibeli?”

“Tidak ada, Bu. Tapi ada satu hal yang membuat Amy bingung. Besok Amy harus membawa bekal.”

“Mengapa harus bingung, Nak?”

“Seandainya bekal itu akan Amy makan sendiri, Amy tidak akan bingung, Bu. Tapi besok Amy harus bertukar bekal dengan teman-teman. Takutnya bekal Amy akan jatuh di tangan teman Amy yang kaya. Mereka pasti tidak terbiasa makan makanan yang sederhana seperti menu kita sehari-hari, kan, Bu?”

Ibu Amy tampak berpikir.

“Benar juga. Tapi kalau Ibu nekat membuatkan lauk yang mahal, Ibu khawatir uang kita tidak akan cukup.”

“Ibu tenang saja. Amy akan memikirkan menu apa yang tetap enak dimakan meskipun modalnya sedikit.”

Setelah berpikir seharian, Amy belum juga mendapat ide.

“Apa aku tidak jadi ikut Persami saja, ya? Aku bisa beralasan jika sedang tidak enak badan,” gumam Amy.

Lalu Amy menggeleng-gelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak boleh berbohong.”

Setelah ayah Amy meninggal, ibu Amy lah yang harus bekerja keras. Tapi sebagai buruh cuci, ibu Amy memiliki penghasilan tak menentu. Hal itu membuat mereka terbiasa makan dengan menu sederhana. Bahkan mereka sengaja menanam beberapa sayuran dan buah di halaman belakang. Jadi mereka tetap bisa memenuhi gizi tanpa keluar banyak uang.

“Ahaaa…” Tiba-tiba sebuah ide melintas di benak Amy. “Nasi goreng jawa. Tidak terlalu mahal, tapi nikmat. Apalagi nasi goreng jawa buatan Ibu.”

Dengan hati yang gembira, Amy langsung mendekati ibunya yang sedang menonton televisi bersama Mila.

“Ibu, Amy sudah mendapat ide. Besok Amy bawa bekal nasi goreng Jawa saja. Bahannya murah dan mudah didapat. Lagipula, hampir semua orang suka makan nasi goreng. Nanti tinggal ditambah bawang goreng, timun, dan telur mata sapi agar lebih nikmat.”

“Wah, ide bagus itu, Nak. Baiklah, Ibu akan bangun pagi untuk membuatnya.”

***

Upacara pembukaan Persami telah usai. Sekarang waktunya pertukaran bekal. Amy terus melirik ke arah bekalnya yang terlihat mencolok, karena satu-satunya yang dibungkus daun pisang. Ibu Amy memang sengaja membungkus nasi gorengnya memakai daun pisang, agar aroma dan rasanya lebih sedap. Amy pun merasa cemas saat mengetahui bekalnya jatuh ke tangan temannya yang terkenal kaya, Jessica.

“Eh, ini nasi goreng milik siapa, ya?” tanya Jessica.

“Itu bekalku, Jes,” jawab Amy ragu.

“Enak sekali nasi gorengnya, My. Kamu membuat sendiri?”

“Eh, benarkah? Itu buatan ibuku.”

“Ibumu menerima pesanan tidak? Minggu depan aku akan mengadakan pesta ulang tahun. Kalau ibumu menerima pesanan, aku ingin pesan.”

“Nanti aku tanyakan dulu, ya.”

Teman-teman Amy yang lain jadi penasaran dan ikut mencicipi nasi goreng tersebut.

“Wah, benar-benar enak. Nanti akan aku rekomendasikan ke mamaku. Mungkin saja Mama mau pesan untuk makan malam karyawan butiknya,” seru Reno, teman sekelas Amy.

“Aku juga. Aku ingin pesan untuk dibagikan ke anak-anak panti asuhan,” sahut Naura.

“Terima kasih, ya, teman-teman. Aku tidak menyangka kalian akan menyukai nasi goreng buatan ibuku. Nanti aku akan tanya ke Ibu, kira-kira bisa menerima pesanan kalian atau tidak,” jawab Amy penuh semangat.

Malam berganti pagi. Pagi berganti siang. Kegiatan Persami pun usai. Amy bergegas pulang. Dan sesampainya di rumah, Amy langsung memeluk ibunya.

“Ibu, teman-temanku suka sekali dengan nasi goreng buatan Ibu. Bahkan ada beberapa temanku yang ingin memesan nasi goreng pada Ibu untuk acara mereka. Apa Ibu mau menerimanya?”

“Alhamdulillah… tentu Ibu mau menerimanya. Ibu tidak mau menolak rejeki dari Allah. Wah, Ibu sangat bahagia mendengarnya.”

“Masakan Ibu memang yang paling lezat,” ucap Amy sambil mengacungkan jempol.

Sejak saat itu, ibu Amy terus dibanjiri pesanan. Orang-orang sering memuji kelezatan nasi goreng buatannya. Keuangan keluarga Amy mulai membaik. Bahkan ibu Amy juga bisa membuat warung kecil yang bernama “Nasi Goreng Family”. Mereka sangat bersyukur dengan keadaan mereka sekarang. Karena mereka yakin, Allah akan menambah nikmat bagi orang-orang yang selalu bersyukur, sesulit apa pun keadaaannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here