Resensi Buku: Kisah Hidup Gadis Minimarket

0
618

Judul: Gadis Minimarket (Convenience Store Woman)
Judul asli: Konbini Ningen
Penulis: Sayaka Murata
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2016
Tebal: 160 halaman.

Mengesankan. Itu satu kata yang langsung muncul begitu saya menutup halaman terakhir novel unik ini. Ya, begitulah … unik dan mengesankan.

Novel ini membuat saya kembali teringat dengan masa-masa kerja di pabrik. Di cerita disebutkan bahwa Furukura, tokoh utama novel ini, sering bermimpi tentang suasana minimarket. Ketika dia sudah berhenti pun setiap jam yang dia ingat adalah jadwal kerja dan aktivitasnya di minimarket. Persis seperti yang saya alami ketika masih bekerja dan berhenti dari pabrik.

Apakah saya Furukura? Furukura bisa jadi siapa saja yang menjalani pekerjaannya dengan penuh dedikasi.

Novel ini memang bercerita tentang Furukura Keiko, seorang wanita berusia 36 tahun yang separuh hidupnya telah dihabiskan sebagai pegawai minimarket. Dedikasinya selama 18 tahun kerja paruh waktu di minimarket telah mendarah daging.

Cerita novel berjudul Gadis Minimarket ini sangat ringan. Permasalahan Furukura adalah dia tidak punya masalah, tetapi merasa bahwa kondisi dirinya selalu dianggap sebagai sebuah permasalahan oleh kerabatnya. Masalah tersebut sebenarnya adalah permasalahan setiap wanita lajang di usia kepala tiga yang tidak punya pekerjaan tetap dan belum menikah. Sebuah kondisi yang membuat semua orang di sekitarnya khawatir dan merasa prihatin akan masa depannya.

Uniknya, permasalahan tersebut dihadapkan dengan kepribadian Furukura yang dianggap perlu disembuhkan. Memang dia memiliki pribadi yang aneh, bukan … lebih tepatnya lain dari yang lain. Gadis minimarket ini punya pola pikir yang unik dan dianggap abnormal. Namun, lewat pemikiran dan sudut pandang Furukura inilah, pemikiran dan sudut pandang pembaca akan terbuka.

Pembaca akan mendapati bahwa cerita ini merupakan satir tentang standar kehidupan masyarakat Jepang yang relevan juga dengan kondisi sosial masyarakat modern global saat ini, dimana kemapanan dinilai dari pekerjaan dan status pernikahan.

Yang saya sukai dari novel tipis ini adalah alur dan gaya penceritaannya yang mengalir. Ada muatan filosofis di dalam novel ini, namun mudah dicerna. Meski hampir tidak berkonflik, cerita Furukura yang hanya berkutat soal minimarket dan usahanya untuk menjadi ‘normal’ itu sama sekali tidak membosankan. Sebaliknya, ceritanya yang monoton ini menyajikan keseruan tersendiri yang membuat saya tidak berhenti membacanya. Apalagi, tidak ada pembagian bab atau chapter dalam penyusunan novel ini. Yang ada hanya jeda antar adegan saja dari awal sampai akhir. Awalnya saya pun heran, kok tidak ada daftar isi. Ternyata memang begitu.
Akan tetapi, sisipan komedi dan satir sosial ditambah detail deskripsi tentang ‘suara minimarket’ membuat trope dan tone serta feel cerita novel ini terasa sangat kuat. Satirnya menampar sekaligus mengajarkan falsafah kehidupan.

Komedinya tercipta alami dari karakter tokoh utamanya yang unik. Ledakan tawa saya terjadi di awal-awal, yaitu ketika Furukura menceritakan keanehan perilakunya sejak masa kecil. Emang lain sih karakter novel ini tuh. Saya malah sempat mengira dia seorang yang tidak waras atau penjahat, lho.

Kekaguman saya terhadap novel ini bahkan sudah muncul sejak pembukaan. Deskripsi keadaan dan aktivitas minimarket yang begitu detail, perasaan Furukura terhadap minimarket, ini membuat pembaca dapat merasakan makna dedikasi dan totalitas seorang pegawai minimarket yang selama ini mungkin dianggap remeh, dipandang sebelah mata, dan terabaikan. Padahal, menjadi pegawai minimarket pun adalah sebuah pekerjaan. Sosok Furukura menunjukkan betapa luar biasanya sebuah pekerjaan ‘biasa-biasa’ saja itu bagi dirinya. Dan, saya pun seakan menemukan permata berharga dari kisahnya.

Nyawa minimarket dan jiwa gadis minimarket di novel ini benar-benar sampai ke pembaca. Penulisnya hebat. Risetnya tidak main-main. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa penulisnya, yakni Sayaka Murata memang pernah magang di sebuah minimarket selama beberapa waktu. Tidak heran dia bisa menggambarkan tentang pekerjaan Gadis Minimarket dengan sangat detail dan apik, mulai dari deskripsi keadaan minimarket hingga ke perasaan tokohnya.
Penokohannya juga kuat. Masing-masing tokoh memiliki ciri khas, terutama Furukura dan Shiraha. Penyatuan keduanya sebagai pasangan abal-abal pun bikin greget pembaca. Bukan tentang romantisme. Itu sama sekali tidak ada di sini. Melainkan karena karakter unik kedua tokoh tersebut yang seperti gula dan kopi tapi diseduh air dingin. Banyak satir yang tercermin dari hubungan kedua orang ini.
Furukura yang dianggap tidak normal karena betah kerja sambilan sebagai Gadis Minimarket melihat sosok Shihara sebagai solusi bagi apa yang dipermasalahkan tentang status dirinya. Namun, alih-alih berjalan normal, kehidupan Furukura justru semakin dianggap tidak normal di mata kerabatnya. Keberadaan Shihara yang dicap sebagai ‘sampah masyarakat’ di samping Furukura itulah penyebabnya. Padahal, dari percakapan kedua tokoh ini terbuka perspektif tentang arti kenormalan dan ketidaknormalan yang meresahkan itu.

Pada kenyataanya, Gadis minimarket membuka mata tentang kenormalan yang tidak normal dan sebaliknya, di masyarakat. Gadis Minimarket juga mengajarkan bahwa setiap orang mesti memiliki prinsip dan pegangan hidup agar dia bisa menentukan arah langkahnya sendiri tanpa harus pasrah mengikuti arus atau disetir orang lain.
Setiap orang berhak menentukan langkahnya sendiri. Itu pesan yang terserap dari Gadis Minimarket ini. []

Bionarasi:
Eneng Susanti, emak-emak ceria yang suka ‘curhat’ lewat tulisan, penyuka fiksi, suka buku, gemar art desain, dan senang membuat konten digital. Karyanya: Khair dan Khaira (platform Good Novel); Biro Jodoh Pangkalan Hati (Lovrinz Publishing, 2021); Benderang Kelam (Lovrinz Publishing, 2022), dan kumpulan Puisi solo ‘Celoteh Akal dan Hati’ (Bhavana Publishing, 2022). Karya lainnya berupa cerpen, flash fiksi, true story, dan puisi, termuat dalam beberapa antologi. Konten kreasinya bisa dijumpai di Youtube, Tiktok, Opinia dan Instagram: Spill_buku. Profil lengkapnya bisa dijumpai di Facebook: Eneng Susanti.


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here