Suara Rakyat
Rakyat menjerit!
bagaikan binatang melata
merayapi tembok penguasa
bercericit saling bersahutan
lenggak lenggok seperti biduan di jalanan
Tapi, tak ada satu pun balik badan
Oh! ternyata ada yang bersuka ria bertepuk bergembira
untuk petinggi yang merayakan kelahiran
Rakyat pun menjerit
bersumpah serapah
suara binatang jalang didendangkan
membakar lukisan wajah-wajah yang penuh kutukan.
Hingga ada yang bersuara dengan toa,
“Suara cericit kami tak ada satu pun yang didengarkan!” teriak seorang perempuan renta.
mulut disumpal kain hitam
wajah-wajah renta balik badan menuju rumah keabadian
kembali meratapi perihnya kehidupan
Karanganyar, 7 September 2022
Perempuan Berselimut Tanah
Ada perempuan berselimut tanah
Diinjak injak kaki gajah
Menjerit suara berpaut pada sebatang kayu
Hangus terbakar melepuh di mataku
Suara itu bagaikan klakson keras sekerasnya
Menggugurkan gunung merbabu pecah tanpa tersisa.
Perempuan itu menjerit hingga ditelan api lancip
Hingga tulang belulang berceceran di tanah merah darah
Suara hati terdengar pilu
hilang lenyap
Perempuan itu berjam-jam berselimut tanah merah
Merunduk berpayung caping gunung
di sebuah ruang yang bergema suara gemuruh
terlihat orang-orang berdasi dan beradu pasal demi sekeping logam.
Perempuan menjerit tanpa lelah
Bersuara lantang demi segumpal tanah yang direbut paksa hingga merah darah
Perempuan berjejer merapat merayap
Entah sampai kapan?
Karanganyar, 10 September 2020
Jangan Berharap Ada Senyum
Jangan berharap ada senyum
pada jiwa jiwa yang meronta,
Mereka mengaum bahkan menggigil
dari balik selimut jerami,
Penantian berhari hari pada sebiji sawi dan padi tak kunjung tiba.
Mereka meraung-raung, membabi buta, membabat harapan untuk kembali menikmati kemegahan yang ratusan tahun dibangun penuh dengan peluh.
Suara tangis di sepanjang jalan mendendang tak beriirama.
Meratapi tembok megah sambil berteriak, “Tolong kembalikan hak kami sebagai warga! Hak untuk menikmati sebiji sawi, padi, gandum, agar perut bumi kembali subur.
Sudah berlarut larut perut bumi buncit.”
Sekian purnama mereka menahan dahaga hanya keringat yang dijilat.
Tak mampu lagi bersuara menuntut hak sebagai warga.
Kata dunia negaraku makmur sentosa lima ekonomi besar dunia.
Ternyata dibalik itu semua rakyat menderita.
Jangan harap ada senyum
cukup air mata yang tersenyum
Karanganyar, 6 Desember 2022
Makasih ya telah dimuat puisinya
Semoga menginspirasi
MasyaAllah, puisinya menyentuh perasaan, keren 👍
Melt.. Sambil bertanya..
Puisi jerit hati ummat yang pilu menyayat begini apa bernasib sama dengan isinya?? Bagai lalat hinggap diujung hidung.. Dikibas dan terlepas..
Sayang.. Sungguh sayang..
Kontennya serasa mewakili pak.. Peka dan menjiwai.. Puisinya bagus..
Membacanya, membangkitkan semangat untuk ikut bersuara dan menjerit, melakukan perlawanan-perlawanan terhadap penguasa 💪💪💪
MasyaAllah, Karya yang luar biasa, menginspirasi banyak orang untuk ikut bersuara 💪💪💪💪💪