Judul Buku: Pecinta dari Palestina
Penulis: Mahmoud Darwish
Penerjemah: Fazabinal Alim
Jenis Buku: Kumpulan Puisi
Penerbit: DIVA Press
Tebal: 168 Halaman
Tahun Terbit: 2020
ISBN: 978-623-293-127-5
Buku ini merupakan terjemahan dari ‘Unfortunately, It Was Paradise: Selected Poems‘ terbitan University of California Press (2002). Saat membaca kata pengantar dari Hasan Basri Marwah, pembaca bisa memahami tentang sosok Mahmoud Darwish dan perjuangan bangsa Palestina sejak dahulu.
Membicarakan Mahmoud Darwish seperti membuka lembaran-lembaran sejarah pengharapan dan perlawanan bangsa Palestina terhadap pendudukan Israel sejak 1948. Perlawanan dan pengharapan adalah dua kosakata yang menggambarkan kondisi riil bangsa Palestina. Mereka memahami makna martabat di tengah kekerasan brutal Israel yang menjadi keseharian mereka. Puisi-puisi Darwish merupakan salah satu suara paling jernih bangsa Palestina.
Sebelum membahas isi buku, mari kita mengenal penyair asal Palestina tersebut. Mahmoud Darwish lahir pada 13 Maret 1941 di Desa al-Birwah, sebuah perkampungan di distrik Kota Galilee yang terletak di sebelah timur Pantai Akka, Palestina. Puisi-puisinya yang lantang menyuarakan kemerdekaan Palestina menjadikan sebutan ‘Syair al-Tsaurah’ (sang penyair revolusioner) melekat pada dirinya.
Mahmoud Darwish hidup dari satu pengasingan ke pengasingan lain. Sejak peristiwa Nakbah 1948, ketika Israel meluluhlantakkan perkampungannya, Mahmoud Darwish yang masih berusia enam tahun harus mengungsi ke Lebanon bersama seluruh keluarganya.
Peristiwa tragis ini membuktikan bahwa penderitaan rakyat Palestina tidaklah bermula sejak 7 Oktober 2023, bahkan sudah sangat jauh sebelumnya. Puisi sebagai ragam sastra dapat menjadi alat untuk merekam dan mengabadikan jejak sejarah yang tidak pernah terhapus oleh zaman.
Buku ini terdiri dari tujuh bab yang disusun secara urut berdasarkan waktu penulisan puisi. Bab 1 berjudul “Daun-Daun Zaitun (1964)”. Beberapa judul puisi di bab pertama yang berkesan bagi saya adalah “Ia kembali… dalam kain kafan”, “Surat dari Pengasingan”, “Tentang Puisi”, dan “Kartu Identitas”.
“Orang-orang berkisah tentang negeri kami
Orang-orang berkisah tentang kepiluan
Tentang kawanku yang telah pergi
Dan kembali dalam kain kafan” (Halaman 26)
Di bab 2 “Pecinta dari Palestina (1966)” terdapat puisi berjudul “Pecinta dari Palestina” yang cukup panjang hingga mencapai lima halaman.
“Akan kutulis sebuah kalimat lebih berharga ketimbang para syuhada dan saksi mata:
Dari dulu hingga sekarang, tetaplah Palestina” (Halaman 50)
Ada pula puisi-puisi lainnya di bab ini. Kata yang paling sering muncul, yaitu zaitun, kurma, dan salib. Ada pula perumpamaan dari kata tanah, jendela, dan bulan.
Di bab 3 “Malam Terakhir (1967)” terdapat puisi “Rita dan Senapan”. Banyak tulisan artikel menyebutkan bahwa puisi ini ditulis oleh Darwish ketika jatuh cinta kepada seorang perempuan Yahudi Israel.
Dikutip dari kompas.com, perempuan itu bernama asli Tamar Ben Ami, seorang wanita muda Yahudi yang disukai Mahmoud Darwish ketika berusia 22 tahun. Tamar Ben Ami saat ini diketahui tinggal di Berlin, Jerman. Dia menjalin cinta dengan Mahmoud Darwish sekitar 40 tahun lalu.
Dilansir dari Indiana Express, Mahmoud mengenang kehadiran sosok yang dijuluki Rita melalui puisi berjudul “Rita and the Rifle”, “Rita’s Winter”, dan “The Sleeping Garden”. Sayangnya, Mahmoud mengisahkan dalam puisinya bahwa sosok Rita memutuskan hubungan mereka dan bergabung dengan militer Israel. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait kebenaran Rita atau Tamar Ben Ami bergabung ke militer Israel.
Bab-bab selanjutnya dalam buku ini berjudul “Bunga-Bunga Darah”, “Nyanyian-Nyanyian untuk Negeri”, “Burung-Burung Mati di Galilea”, dan “Kekasihku Bangkit dari Tidurnya (1970)”. Puisi-puisi Darwish yang berasal dari bahasa Arab dapat diterjemahkan dengan sangat baik ke dalam bahasa Indonesia. Namun, untuk memahami maknanya butuh perenungan yang mendalam karena berbagai simbol yang mungkin asing bagi pembaca non-Arab.
Terlepas dari makna puisi yang agak sulit dipahami oleh orang awam, karya-karya Mahmoud Darwish menguatkan keyakinan kita untuk mendukung perjuangan Palestina meraih kemerdekaannya. Free Palestine.
Mojokerto, 16 Mei 2024