Winona gadis kecil berumur 10 tahun. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya, tetapi rumah kakeknya juga tinggal di satu perumahan. Jadi Winona hampir setiap hari berkunjung ke rumah kakeknya.
Salah satu kegiatan favorit Winona adalah mendengar cerita-cerita dari kakeknya. Kakeknya Winona sangat pintar mengarang cerita tetapi kadang ia suka membaca cerita-cerita yang ia tulis bersama teman-temannya waktu kecil di sebuah buku. Kadang ketika pulang sekolah, Winona suka mengajak teman-temannya untuk ke rumah kakeknya. Kakek Winona senang sekali jika Winona datang untuk mengunjunginya, apalagi kalau bersama teman-temannya.
Winona dan teman-temannya suka duduk di lantai ruang tamu dan kakeknya Winona selalu menyediakan cemilan dan minuman untuk mereka sebelum ia bercerita. Salah satu cerita yang Winona sangat suka adalah cerita tentang bajak laut yang mencari harta karun.
Pada hari Jumat, Winona sedang berjalan dari sekolah menuju rumah kakeknya. Ketika ia sampai, kakek sedang berjalan sambil membawa kantong sampah menuju tempat sampah di halaman rumahnya.
“Hallo Winona!” sapa kakek.
Winona melambaikan tangan, “Hai Kakek,”
“Silakan masuk saja dulu,” kata kakek. “Kakek sudah menyiapkan biskuit, di ruang tamu.”
Lalu Winona masuk ke rumah dan melihat sepiring biskuit yang disediakan kakeknya di ruang tamu. Ia mengambil sebuah biskuit dan duduk di kursi berlengan yang biasa kakeknya duduki ketika ia bercerita.
Saat Winona sedang bersandar, ia melihat sesuatu di selipan kursinya. Lalu Ia mengambilnya dan membukanya. Bentuknya seperti kertas tapi sudah berwarna cokelat dan sudah sangat tipis. Di kertas tersebut ada tulisan di bagian atasnya ‘Peta Harta Karun’
Di kertas tersebut terlihat sebuah tanda X. Ia berusaha untuk melihat gambar-gambar lain di kertas itu, tetapi kebanyakan sudah memudar. Di belakang peta terdapat tulisan yang hampir memudar tetapi masih bisa dibaca oleh Winona. “Harta karun terdapat di tempat yang hijau dan juga berwarna warni.”
Tiba-tiba kakek Winona masuk rumah, Winona langsung melipat petanya dan memasukkannya ke dalam kantong celananya.
“Apakah sudah siap untuk mendengar cerita?” tanya kakek.
“Siap!” kata Winona.
Lalu kakek duduk di kursi berlengannya. Winona minta ke kakeknya untuk bercerita tentang bajak laut.
*****
Di sore hari, Winona dan kakeknya ke rumah Winona untuk makan malam. Winona sangat berusaha untuk tidak bertanya ke kakeknya tentang peta yang ia temukan.
Ketika kakek Winona pulang, Winona bergegas ke kamarnya dan mengeluarkan peta dari kantongnya. Ia menyalakan lampu meja di atas petanya. Winona tetap tidak bisa melihat gambar-gambar di petanya. Ia sampai menggunakan sebuah kaca pembesar untuk melihat petanya. Tetapi, Winona tetap tidak bisa melihat gambar-gambar di petanya.
Winona membalikkan petanya kembali dan melihat kalimatnya kembali. Ia berpikir “Tempat apa berwarna hijau?”
Ia teringat bahwa loteng rumah memiliki dinding berwarna hijau.
Besok pagi, ia pergi ke loteng dan mulai mencari harta karun. Winona mulai membuka kardus-kardus, tetapi isinya hanya baju-baju lama.
Mama Winona masuk loteng ketika Winona sedang membongkar salah satu kardus yang berisi baju-baju.
“Winona, kamu sedang apa?” tanya Mama Winona.
“Aku sedang mencari harta karun,” kata Winona dengan percaya diri.
Mama Winona ketawa. “Harta karun?”
Winona memberi lihat peta yang ia temukan ke mamanya. “Aku menemukan ini di rumah kakek kemarin, di sela-sela kursi berlengannya.”
MamaWinona melihat peta itu dengan hati-hati. “Wow, sepertinya ini sudah sangat tua. Warna kertasnya sudah berubah menjadi cokelat dan sepertinya ada gambar-gambar juga tapi sudah sangat memudar. Sepertinya peta ini seumur dengan kakek.”
“Aku ingin mencari harta karun untuk kakek, tetapi aku hanya bisa membaca sebuah kalimat di belakang petanya,” kata Winona.
Mama Winona membaca kalimat yang berada di balik peta. “Tidak mungkin petunjuknya ke sini. Karena kita baru tinggal disini beberapa tahun dan peta ini sudah tua sekali.”
“Menurut Mama, petunjuk ini menunjuk ke mana?” tanya Winona.
Mama Winona berpikir selama beberapa menit, “Ruangan-ruangan di rumah Kakek memiliki dinding berwarna hijau.”
Winona menepuk jidatnya, “Oh iya, mungkin harta karunnya ada di rumah Kakek.”
“Tetapi di kalimat sini ditulis bahwa tempatnya juga berwarna warni, rumah kakek tidak berwarna-warni,” kata Mama Winona.
Akhirnya Winona dan Mamanya ke rumah Kakek untuk memberitahu Kakek tentang petanya. Ketika mereka sampai, Winona mengetuk pintu.
Kakek membuka pintu dan langsung bersenyum ketika melihat Winona. “Hallo Winona, kamu ingin mendengar cerita?”
“Tidak kali ini Kakek, aku ingin menunjukkan sesuatu,” kata Winona sambil mengeluarkan peta dan menunjukkan pada Kakeknya.
Kakek Winona terkejut ketika ia melihat peta yang dipegang Winona. “Ya ampun, kakek ingat peta ini. Dulu kakek membuat harta karun bersama teman-teman kakek. Kakek membuat peta ini agar kakek bisa menemukannya ketika kakek sudah tua.”
“Aku menemukan peta ini di sela-sela kursi berlengan Kakek,” kata Winona.
“Terima kasih sudah menemukan peta Kakek Winona,” Kata Kakek sambil memeluk Winona.
“Apakah Kakek tahu harta karunnya di mana?” tanya Mamanya Winona.
Kakek menggeleng kepalanya, “Tidak, sudah lama bangat harta karunnya disembunyikan.”
“Yaaah, gambar-gambar di peta ini juga sudah memudar, yang masih terlihat hanya kalimat di belakangnya,” kata Winona sambil membalikkan petanya.
Kakek Winona membaca kalimat di belakang petanya. “Kakek lupa maksud kalimat ini tempat apa.”
“Mungkin Winona bisa menemukan harta karunnya,” kata Mama Winona.
Mama dan Kakek Winona menyiapkan teh dan kue. Winona duduk di ruang makan yang menghadap ke pintu kaca menuju taman. Ia melihat-lihat petanya, sangat penasaran harta karunnya ada di mana.
Winona membaca kalimatnya ke diri sendiri, “Tempat yang hijau tetapi berwarna-warni.”
Winona melihat ke taman Kakeknya. Ketika Mama dan Kakeknya meletakkan kue-kue dan sebuah teko berisi teh di atas meja.
“Silahkan makan,Winona,” kata Mama Winona.
Winona mengambil sepotong kue dan menyantapnya sambil melihat taman Kakeknya sekali lagi. Lalu ia terpikir sesuatu, “Kayaknya harta karun Kakek ada di dalam tamannya Kakek.” seru Winona.
“Oh iya, di taman. Sekarang Kakek ingat, Kakek mengubur harta karunnya di taman dekat bunga-bunga,” kata Kakek Winona. “Dan sejak Kakek kecil, taman itu selalu memiliki taman dengan tanaman yang hijau dan bunga-bunga berwarna-warni.”
Winona, Mama, dan Kakeknya keluar ke taman. Taman Kakek Winona memiliki banyak tanaman hijau tetapi memiliki bunga-bunga berwarna-warni juga. Kakek Winona mengambil sekop dan mulai menggali di sebuah area bertanah di dalam taman. Setelah menggali beberapa meter dan akhirnya sekop menyentuh sesuatu yang keras. Kakek kemudian menggali tanah di sekitar sesuatu itu. Tampaklah sebuah kotak besar kecoklatan.
Kakek lalu berhasil mengeluarkan kotak itu. Kakek membersihkan kotaknya. Lalu ia membuka kotaknya dan terharu ketika melihat isinya. Winona duduk di sebelah kakeknya semakin penasaran. Kakeknya mengeluarkan beberapa buku dari kotak itu.
“Kotak ini berisi buku-buku yang berisi cerita-cerita yang Kakek tulis dulu bersama teman-teman Kakek.” kata Kakek Winona. “Kakek menyimpan salah satu bukunya tetapi buku-buku yang lain disimpan di dalam kotak ini.”
Kakek Winona mulai bercerita ke Winona cerita yang ada di dalam salah satu buku tersebut.
*****
Besoknya, Winona berjalan lebih cepat ke rumah Kakeknya, karena ia sudah tidak sabar untuk mendengar cerita-cerita baru dari buku-buku yang ditemukan sehari sebelumnya.
Ketika Winona sampai di rumah Kakeknya, Winona duduk di lantai bersiap-siap untuk mendengar Kakeknya bercerita. Buku-buku yang ditemukan kemarin disimpan di sebuah rak buku. Tetapi Kakeknya mengambil sebuah kotak yang terletak di antara buku-buku tersebut.
“Ini buat kamu Winona, sebagai tanda terima kasih karena telah menemukan harta karun Kakek.” Kata Kakeknya Winona.
“Terima kasih Kakek,” kata Winona. Ia membuka kotak tersebut dan melihat sebuah buku berwarna pink. Ia membuka bukunya tetapi halaman-halamannya masih kosong.
“Buku ini buat kamu menulis cerita-cerita seperti Kakek,” Kakek menjelaskan. “Mungkin kamu bisa menulis cerita ketika kamu menemukan harta karun Kakek.”
Winona merasa senang sekali dan memeluk Kakeknya. Lalu ia mulai menulis pengalaman yang ia alami beberapa hari yang lalu dengan bantuan Kakeknya. Tamat.