Sebuah Puisi di Lorong Gelap

0
486

Lorong Gelap

Hidup itu

Seperti dalam lorong gelap
yang tak nampak apa apa
kecuali gelap

Sejenak

Seperti dalam lorong gelap
tak peduli apa-apa
kecuali cahaya harap

Seperti dalam lorong gelap
walau penuh tanya
satu harap terdekap

Hidup

Seperti dalam lorong gelap
dirimu
yang berjalan menuju
Dia

Hanya Dia kau lihat

Antara kau dan Dia
Hidup itu

Bantul, 3 Maret 2014

Kepulanganmu

Melipat jarak
Aku dan kamu

Melipatgandakan
Kebahagiaan

Mengembus semilir
Di puncak siang

Meniup debu
Di daun cermin

Membuka samar
Menjadi terang

Menghapus surat-suratku
Dari kecemasan

Membersihkan dinding kamarku
Dari kata-kata lalu

Menarik tali waktu
Kepada ujungnya

Menanti yang satu
Serasa beribu

Tiba-tiba aku terpaku

Kepulanganmu

Hanya tinggal menunggu detik

Yang sudah miliaran kali kuhitung

Kamu mungkin tiba di depanku

Tanpa salam tanpa sepatah ucapan

Tanpa senyum kelegaaan

Dan pekerjaan kita kembali seperti semula

Menghitung detik yang kembali bergerak maju

Tak bosan-bosan, hingga ribuan, jutaan, hingga miliaran.

Jakarta, 28 Maret 2016

Di Jantung Mimpi

Lalu lalang kehidupan
Ibarat jalan raya
Bernapas adalah benci hingga cinta
Yang kuhirup beribu dalam satu detik saja

Sesak dada oleh rasa
Kerdil, gelisah, kuat, takut, murung, bahagia, horor, hina, mengutuk, tertawa, menangis, senyum, tenang, diam, lelah
Beranak pinak dan saudara
Lalu kembali lagi berputar,
tak tentu arah dan urutan
Tanpa kau tahu

Tak perlu tahu
Banyak malaikat datang menghapus luka yang nganga
Memegang tangan yang dingin dan bergetar
Menghapus air mata yang jatuh tanpa permisi
Mendekap tubuh jongkok memeluk lutut di sudut kamar gelap
Memompa jantung yang hampir berhenti detaknya
Melambungkan tawa ke udara mengangkasa
Memberi rona di relung dada membahana

Malaikat sedingin mentari
tinggal di setiap cuaca
Tanpa satu pun detaknya
sampai di langitmu

Memang ada masa
Terkuat dan terlemah seorang hamba
Sengaja ditunjukkan
Berputar dalam permainan daya upaya
Meski bukan dia penentunya

Sebongkah hati yang logam terus berlayar kepada mungkin
Maka banyak pertanyaan sementara tak butuh jawaban
Pejalan yang tak bosan-bosan lelah dan tersasar
Kegundahan adalah kekuatannya menjadi besar

Hingga habis lelah, hingga kenyang payah
Setiap pergantian siang dan malam
Di jantungnya ada cita dan tujuan
Mimpi indah yang terlalu sulit untuk berakhir

Bantul, 14 April 2017

Di Surga Mana

Hidup mungkin memang sederhana
Jika cukup terwakili dengan tanya

Bagaimana aku bisa mencintai-Mu?
Dengan cinta yang sebenar-benar artinya

Bagaimana aku bisa merindu hanya Engkau?
Dengan rindu yang serindu-rindunya

Aku makhluk kerdil yang terus-terusan dipeluk cahaya
Tapi tak pernah membalas dengan peluk yang pantas

Rabbi, di surga mana
Akan Kau berikan untukku?

Adakah itu?

Bantul, 5 September 2018


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here