Judul : Juru Kunci Makan (Novel Remaja Gen Z)
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Cetakan : Pertama, Desember 2020
Tebal : 136 halaman
ISBN : 978-623-253-022-5
Peresensi : Ratnani Latifah
Kebiasaan umum yang terjadi di sekitar kita adalah sering menilai seseorang hanya dari luar saja. Kita sering menilai orang lain dari penampilan dari pekerjaan atau dari lingkungan tempat tinggalnya. Padahal kadang apa yang kita lihat tidak seratus persen benar. Pada akhirnya kita lebih banyak menghakimi tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya.
“Unggul itu anak aneh, tahu? Pendiam, nggak banyak bicara. Keluarganya tidak jelas, ayahnya juga tidak punya pekerjaan tetap.” (hal 11)
Juru Kunci Makam, menceritakan tentang kisah kehidupan orang pinggiran, yang bagi sebagian orang tampak aneh dan menyeramkan. Unggul terlahir dari keluarga kurang mampu. Ia harus menerima takdirnya menjadi anak juru kunci malam, yang tugasnya menggali kuburan untuk orang-orang yang telah meninggal dunia. Karena itu pula ia tinggal di tanah sekitar makam.
Karena keadaan itulah, beberapa teman Unggul merasa takut dan menganggapnya aneh. Apalagi Unggul memang cukup pendiam. Sehingga tak banyak teman yang mau bergaul dengannya dan bahkan lupa memiliki teman seperti dirinya. Hingga suatu hari ada tugas praktikum Biologi yang harus dikerjakan kelompok. Pak Rasyid, guru mereka sudah membagi kelompok yang harus dipatuhi semua siswa. Di sinilah masalahnya. Sofi, Nadia dan Donni tidak menyangka harus satu grup dengan Unggul.
Buku ini tidak terlalu tebal, tetapi isinya akan membuat hati kita bergetar. Membaca buku ini kita akan menyadari bahwa kehidupan setiap orang itu berbeda-beda. Kita tidak dapat menghakimi hidup seseorang hanya karena penampilan, tempat tinggal atau latar belakang keluarganya. Kita harus belajar saling menghargai dan menghormati kehidupan orang lain. Bagi kita menjadi juru kunci makam itu tampak menyeramkan, tetapi bagi sebagian orang itulah jalan rezeki yang dapat menghidupi mereka. Kalau tidak ada juru kunci makam, lalu siapa yang akan menggali kuburan untuk orang-orang yang meninggal?
Begitupula saat ada seseorang yang memilih hidup di sekitar aera pemakaman. Bagi sebagian orang, hal itu nampak tidak pantas dan menyeramkan. Namun bagi beberapa orang tertentu, itulah pilihan terbaik yang mereka punya dari pada hidup di jalanan.
“Tempat yang menurut kalian paling menakutkan di dunua. Tempat yang paling tidak pantas didatangi. Ternyata tempat ini menjadi tempat nyaman bagi orang-orang tidak mampu untuk mengais rezeki, untuk menjadi tempat bermalam tanpa dikejar-kejar preman atau pun Petugas Ketertiban Umum.” (hal 89)
Secara keseluhan novel ini memang sangat memikat. Idenya menarik dan berhasil dieksekusi dengan baik. Dari segi penokohan atau setting novel ini terasa hidup. seolah-olah kita dapat melihat adegan-adegan itu di depan kita. Membaca novel ini kita dapat belajar banyak hal dan hikmah kehidupan yang luar biasa. Misalnya tentang ajakan untuk selalu syukur dengan kehidupan yang kita miliki. Kita jangan mudah meremehkan kehidupan lain hanya karena memiliki latar belakang yang berbeda. Kita juga diajak untuk lebih membuka mata dan peduli pada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Dalam kisah ini penulis juga mengingatkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Jika kita terlalu sering meremehkan kemampuan diri sendiri, merasa jelek atau tidak berbakat, maka seperti itulah yang akan terjadi. Namun saat kita belajar lebih berani dan percaya diri, meski diejek kita tetap dapat berprestasi.
Lalu ada pula sebuah sindiran halus yang akan membuat kita akan tersenyum miris, “Seharusnya sebagai pemuda terpelajar jangan takut pada hal semacam itu. Kalau di Barat sana orang malah memburu hantu, di sini malah kita yang ketakutan. Padahal sebagai makhluk tertinggi yang dilengkapi akal budi, kitalah yang harus menundukkan mereka. Bukan malah kita yang ketakutan.” (hal 67-68)
Kisah Unggul dan kawan-kawan ini memang kaya makna. Novel ini tidak hanya sekadar cerita yang dapat menghibur, tetapi banyak pesan moral yang dapat kita petik agar kita dapat menjadi manusia yang memanusiakan orang lain.