Membedah “Warisan” Thomas Utomo: Petualangan Ke Tiga Negara

0
9

Terus terang, saya merasa merinding saat mencoba membuat tulisan singkat ini. Merinding, karena sedang membuat ulasan karya dari seseorang yang telah tiada. Thomas Utomo, atau pria yang biasa dipanggil dengan nama Totok ini telah wafat beberapa bulan silam, tepatnya 25 Desember 2024, karena sakit. Merinding, karena sosok Thomas Utomo yang saya tuliskan resensi bukunya ini, adalah salah satu pembaca setia dari karya-karya saya, dan sangat rajin membuat resensi atas tulisan-tulisan saya.

Merinding juga, karena menurut admin dari Indiva Media Kreasi, penerbit buku “Petualangan Ke Tiga Negara”, hingga saat ini novel besutan Thomas Utomo ini masih saja dicari pembaca dan termasuk dalam produk Indiva yang laris di pasaran. Sementara, Thomas Utomo juga termasuk salah satu kontributor dari website Fiksi Islami yang cukup produktif.

Ternyata, Thomas benar-benar meninggalkan warisan secara harfiah, bukan hanya ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalirkan pahala meskipun beliau telah tiada, namun juga kemanfaatan secara ekonomi bagi keluarga yang beliau tinggalkan. Mari kita bahas sejenak karya beliau ini.


Judul: Petualangan ke Tiga Negara
Penulis: Thomas Utomo
Penerbit: Lini Lintang, Indiva Media Kreasi
ISBN: 978-602-5701-48-1

Buku ini mengisahkan petualangan seru Nara dan lima belas temannya saat berkeliling ke tiga negara: Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara ini memang memiliki pesona yang menarik siapa saja untuk mengunjunginya. Kita sebagai orang dewasa saja betah berhari-hari menyusuri tiga negeri jiran ini, kan?

Meski masih duduk di bangku SD, mereka menjalani pengalaman yang penuh warna—mulai dari menonton pertunjukan spektakuler Wings of Time di Sentosa, menyusuri Sungai Melaka, hingga belajar di sekolah luar negeri dan berkunjung ke museum interaktif di Thailand. Namun, petualangan mereka tidak selalu berjalan mulus. Ketegangan sempat muncul saat mereka tertahan di Bandara Changi, Singapura karena kesalahpahaman yang menegangkan.

Kisah ini memang hanya fiksi saja, namun setting cerita benar-benar nyata. Melalui petualangan Nara, kita bisa melihat bagaimana keindahan tiga negara tersebut. Sebagai penulis bacaan anak, Thomas Utomo yang seorang pengajar di Sekolah Dasar tampaknya memang sengaja menghindari kalimat-kalimat yang sulit dipahami. Oleh karenanya, kita bisa menikmati alur cerita dengan mudah dan lugas. Anak-anak pun pastinya tidak merasa kerepotan mencerna kata demi kata yang dia rangkai dengan sederhana, namun cukup mampu membawa kita pada rasa penasaran.

Yang jelas, novel ini mengandung nilai edukasi internasional. Anak-anak dikenalkan dengan budaya dan tempat-tempat menarik di luar negeri dalam narasi yang mudah dipahami dan menyenangkan. Ada sejumlah keunggulan pengelolaan fasilitas umum yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak kita, seperti kebersihan, budaya antre, juga fasilitas transportasi yang canggih. Keunggulan-keunggulan tersebut tentu tidak dalam rangka men-down-grade nasionalisme anak-anak. Saya kira Thomas jauh dari niat semacam itu. Justru dengan cara itu kita bisa belajar dari budaya mancanegara dan bisa ditiru dalam keseharian kita.

Seperti saya sebutkan di atas, dalam novel ini, Thomas Utomo juga menggunakan gaya bahasa yang santai, cocok untuk pembaca anak-anak, tanpa kehilangan unsur petualangan dan ketegangan. Bukan berarti Thomas tidak menyukai bahasa yang rumit. Setahu saya, sebagai seorang peresensi, Thomas telah meresensi banyak sekali buku, termasuk buku-buku saya yang alur dan bahasanya mungkin cukup rumit, hehe. Tetapi, karena novel ini memang ditujukan untuk anak-anak, tentu Thomas harus membawa alur cerita ini dalam bahasa yang dipahami anak, bukan? Dan sejauh ini, menurut saya Thomas cukup berhasil. Jika Sobat Filmi berselancar di website ini, kita juga banyak membaca karya Thomas Utomo yang kebanyakan berupa fiksi anak. Barangkali kita akan sepakat dengan penilaian tersebut.

Membaca novel Petualangan ke Tiga Negara tentu menjadi amunisi yang cukup berkualitas, yang bisa mendorong anak-anak untuk berani mencoba hal-hal baru dan belajar dari pengalaman nyata di luar negeri. Tak usah jauh-jauh dulu. Beberapa negara jiran kita: Malaysia, Singapura dan Thailand, bisa menjadi tempat belajar sekali rekreasi yang cukup menarik dengan biaya relatif terjangkau. Dan, sebelum berpetualang kesana, baca dulu dong, buku ini. Saya belum sempat bertanya kepada penulis, apakah cerita ini tampaknya terinspirasi dari pengalaman langsung atau kegiatan edukatif yang sering dilakukan oleh sekolah beliau, namun berdasarkan buku ini, kisah yang terjalin tampak relevan dan sepertinya nyata.

Salah satu kekurangan minor adalah kurangnya ilustrasi atau gambar pendukung di dalam cerita. Untuk anak-anak yang masih dalam tahap transisi membaca buku teks, tambahan visual mungkin akan lebih membantu memperkuat imajinasi dan pemahaman. Tentu ini akan jadi pemikiran serius buat Indiva Media Kreasi, yang mana saya juga termasuk di dalamnya.

Petualangan ke Tiga Negara adalah novel anak yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan lintas budaya. Sangat cocok dibaca oleh siswa SD atau SMP yang gemar membaca kisah petualangan dan memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap dunia luar. Buku ini mengajarkan bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, bahkan sambil berpetualang. Punya putera-puteri, keponakan, adik atau murid yang seusia target pembaca buku ini? Ayo segera dikoleksi.

Selain itu, peristiwa wafatnya Thomas Utomo juga bisa melahirkan semangat buat kita semua, para penulis, agar sebanyak mungkin meninggalkan karya yang bermanfaat, sebagai warisan untuk generasi selanjutnya. Saya teringat dengan nasihat dari senior sekaligus guru saya, Mbak Helvy Tiana Rosa. Menurut beliau, setelah kita selesai menulis satu karya, sejatinya kita sedang memperpanjang usia kita. Bukan usia biologis, tetapi usia karya. Dan nyata, meskipun Thomas telah tiada, karyanya masih tetap bersama kita?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here