Mengatasi Lelah dengan Belajar Mencintai Diri Sendiri

0
14

Judul : Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah
Jenis : Non Fiksi (Self Improvement)
Penulis : Munita Yeni
Penerbit : Psikologi Corner
Terbit Pertama : Oktober, 2018
Halaman : 218 hlm
ISBN : 978-602-5907-78-4

Ujian adalah tanda jika seseorang masih hidup. Rasanya mustahil jika tidak ada seorang pun manusia yang tidak memiliki masalah dalam kehidupannya. Baik masalah eksternal maupun internal. Adapun masalah eksternal seperti lingkungan kerja yang tidak nyaman, masalah ekonomi, dan lainnya. Begitu juga masalah internal seperti terlalu keras kepada diri, membenci diri sendiri, dan banyak lagi.

Di buku ‘Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah’, kita diajak untuk belajar menerima setiap permasalahan yang kita hadapi. Terlebih dalam hal mencintai dan menyayangi diri sendiri. Menariknya, di bagian pembukaan kita akan disuguhi pertanyaan, “Bagaimana dengan kabar hari ini? Semoga lebih baik meskipun beberapa jengkal, ya?”

Terlihat sederhana, tapi bagi sebagian orang yang membacanya pasti merasakan kehangatan yang terpancar dari kepedulian yang diberikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan muncul rasa haru yang timbul saat membaca pertanyaan tersebut. Jika kita merasa demikian, itu artinya diri kita jarang sekali menerima perhatian.

Selanjutnya, di buku ini penulis menyampaikan bagaimana caranya mencintai diri sendiri. Mulai dari menanyakan pada dirinya tentang seberapa nyenyak tidurnya, sampai mengucapkan terima kasih kepada setiap anggota tubuh yang berhasil istirahat dengan baik. Saat membaca bagian ini, mungkin kita akan mengingat-ingat kapan terakhir kali kita berterima kasih pada diri sendiri. Jika berterima kasih kepada orang lain saja begitu mudah untuk diucapkan, lantas mengapa mengapresiasi diri sendiri acap kali dilupakan. Padahal yang tampak sederhana itu bisa mempengaruhi keadaan mental kita dalam menjalani hari yang akan berlangsung.

Tentunya buku ini sangat menarik dan juga berbobot, di antara kelebihan buku ini yaitu:

Judul Yang Menarik

Dari judul bukunya saja, tentu akan membuat banyak orang yang merasa buku ini relate dengan dirinya. Karena pada kenyataannya, sebagai manusia kita pasti pernah atau seringkali merasa lelah menghadapi hari-hari yang berat. Ketika dimarahi atasan, ditentang orang tua, dijauhi teman-teman, gagal menghadapi tantangan, dan banyak lagi hal-hal yang membuat pundak terasa berat.
Tidak jarang pada kondisi demikian kita harus pura-pura kuat dan bahagia. Seolah-olah mengabaikan diri sendiri yang kelelahan entah disadari maupun tanpa disadari.

Isi halaman yang tidak membosankan dan nyaman dibaca

Siapa saja bisa membaca buku ini dengan nyaman karena bahasanya sangat mudah dipahami. Selain itu, mata kita akan dimanjakan dengan beberapa ilustrasi yang terselip di antara kalimat-kalimat yang ada. Bahkan, kita akan menemukan kutipan-kutipan motivasi yang tercantum di setiap bab. Salah satu kutipannya yaitu, “Kita melakukan ini bukan untuk orang lain, bukan untuk mencari pengakuan di mata orang terpenting bagi kita, melainkan untuk mendapatkan pengakuan dari diri kita sendiri.”

Sungguh kutipan yang sangat berarti. Bahwasanya tidak ada yang lebih penting daripada mendapatkan pengakuan dari diri kita sendiri. Mencari-cari pengakuan dari setiap mata yang tertuju kepada kita hanya akan membuat pundak kita terasa begitu berat dalam melewati hari. Ironisnya, hal ini justru masih melekat pada sebagian besar orang. Kita melupakan atau mungkin mengabaikan hal dasar yang seharusnya kita prioritaskan. Mengakui diri sendiri juga berarti bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Tuhan menciptakan kita bukan untuk menyakiti diri sendiri, melainkan untuk menebarkan kasih sayang. Tanpa terkecuali pada diri sendiri.

Perumpamaan Mengagumkan

Di buku ini juga, penulis sangat kreatif dalam membuat perumpamaan yang memainkan imajinasi, tapi mudah untuk dipahami artinya. Kita juga diajak untuk mengingat momen-momen saat kita masih kanak-kanak yang rupanya dari momen itu kita bisa mengambil pembelajaran yang berharga. Kita juga akan menemukan sesuatu yang kita anggap biasa saja, padahal memiliki arti yang bermakna.

Selain penulis mengajak berbicara di buku ini, kita juga akan menemukan beberapa cerita pendek yang tentunya memiliki isi dan kandungan yang bisa kita ambil.

Itulah beberapa kelebihan yang ada pada buku ini. Di sisi lain, meskipun terdapat beberapa kata yang salah dalam penulisannya, tidak membuat buku ini sulit dimengerti. Buku ini benar-benar cocok bagi siapapun yang ingin memperbaiki diri, terlebih dari judulnya saja buku ini telah memanggil secara khusus orang-orang yang sedang merasa lelah.

Bersama buku ini kita akan belajar menghadapi bentuk-bentuk dari membenci diri sendiri, tidak lari dari masalah yang dihadapi, dan menerima apa pun yang terjadi. Sehingga kita akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik dalam setiap permasalahan yang berhasil kita lewati. Tentunya dalam hal mencintai seseorang yang sangat berharga, yaitu diri sendiri.

Kata-kata terakhir yang saya temukan di belakang buku ini adalah belajar menerima, menyayangi, dan mencintai diri kita sendiri dengan anggun, sehingga lelah pun iri melihat romantisnya kita dengan diri kita sendiri. Jadi, mari kita menyadari. Bahwasanya tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang tidak memiliki masalah. Serta, yang seharusnya ada adalah kita yang bisa mencintai diri sendiri.

Penulis: Meliani, biasa dipanggil Meli. Kelahiran 2002 di kota Cianjur. Beberapa kali menjadi kontributor dalam event menulis yang diselenggarakan di sosial media. Selain suka membaca dan juga menulis, ia juga gemar menggambar. Jejaknya bisa dilihat melalui instagram pribadinya @melml1905.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here