Merajut Kata di Tanah Sejuk: FLP Solo Menyemai Cinta Literasi

0
37

Di pagi pertama di bulan Februari 2025, hiruk-pikuk kota tetap berjalan seperti biasa. Namun, di sudut Karanganyar yang lebih sunyi, di sebuah masjid yang berdiri megah di antara pepohonan rindang, ada gemuruh yang berbeda—gemuruh semangat yang melahirkan kata-kata. Gemuruh literasi.

Di bawah atap masjid yang teduh, santri-santri SMP IT Tahfidzul Quran Ulil Albab berkumpul, bukan sekadar untuk bermajelis ilmu, tetapi untuk menenun aksara, merangkai kisah, dan mengukir jejak dalam dunia literasi. Forum Lingkar Pena (FLP) Solo mendapat kehormatan menjadi bagian dari perjalanan ini, dengan menghadirkan Mbak Rini, sang Ketua FLP Solo, sebagai pemateri utama dalam agenda UBE (UA Berliterasi), ekskul wajib yang telah menjadi ruh literasi bagi para santri kelas 7 hingga 9, berjumlah sekitar 123 santri.

Mbak Rini tak hanya menuturkan materi, tapi juga menyalakan api motivasi. Ia mengisahkan bahwa menulis bukan sekadar menyusun kata, tetapi juga membangun jembatan bagi jiwa yang ingin dikenang. Para santri pun menyimak dengan penuh antusias, seakan setiap kalimat yang terucap adalah embun yang menyegarkan dahaga mereka akan ilmu.

Mbak Rini (Listyorini), sedang menyampaikan materi.

SMP IT Tahfidzul Quran Ulil Albab bukan pemula dalam dunia literasi. Mereka telah melahirkan dua antologi—puisi dan cerpen—dan kini tengah menyiapkan karya ketiga, sebuah antologi pantun. Langkah-langkah mereka dalam berkarya tak berhenti di sekadar mendengar teori. Hari ini, mereka diuji untuk menuangkan imajinasi dalam bentuk cerita. Tiga benda di sekitar mereka menjadi saksi bisu lahirnya kisah-kisah baru. Dalam waktu singkat, hanya sepuluh menit, mereka berhasil menghadirkan cerita yang tak hanya rigid dalam struktur, tetapi juga puitis dalam makna.

Di antara mereka, dua nama menyeruak ke permukaan: Nabila dan Hamzah dari kelas 8. Dengan penuh percaya diri, mereka membacakan hasil tulisan mereka di hadapan rekan-rekannya. Kata-kata mengalir, bercerita tentang dunia yang mereka ciptakan dari imajinasi dan pengamatan. Sorak bangga terdengar, dan tepuk tangan menggema di dalam masjid yang sejuk.

Tak hanya mendengar dan menulis, para santri juga bertanya. Antusiasme mereka tampak dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, seolah ingin menggali lebih dalam rahasia di balik setiap lembar buku yang pernah ditulis. Di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kota, di tengah udara yang sejuk dan angin yang berbisik lembut, lahirlah bibit-bibit penulis masa depan—mereka yang akan merangkai dunia dengan kata-kata.

FLP Solo percaya, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga sebuah jalan menuju keberadaban. Di SMP IT Tahfidzul Quran Ulil Albab, jalan itu telah terbuka, dan para santri telah melangkah dengan penuh keyakinan. Semoga aksara yang mereka torehkan hari ini menjadi jejak yang tak lekang oleh waktu, menuntun mereka ke masa depan yang penuh cahaya. [@f]/.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here