Puisi ini untukmu, Saudariku

0
57

Kisah Ini

Kisah ini tak selalu suka
Tiap episodenya akan ada sisipan air mata
yang terus membersamai ditiap langkah
Kadang ia hadir bersama dengan luka
yang tiba-tiba menyeruak bersama serpihan rasa
Entah itu sedih yang teramat sangat pedih
ataupun luka yang sudah menganga
Kan perlu waktu untuk menyembuhkannya

Namun
Kisah inipun tak selalu duka
Ditiap jejaknya kan ada senyuman yang terukir sempurna
Akan ada cahaya sang surya yang menyentuh hati
hangatnya perlahan memberi ceria
Lembut mengiringi rasa bahagia
Indah dan membuat rasa hangat ini enggan pergi dari hati

Tempuling, 10 November 2018

Surat Cinta untuk Saudariku di Bumi Allah

Assalamu’alaikum
Ku awali surat cinta ini dengan
Bismillahirrahmanirrahim

Ukhti
Ku lihat semburat senyum malu menghias wajahmu
Memberi warna-warni nan menyejukkan hati
Kilaunya mendamaikan qalbu

Ukhti
Aku tahu
Cantikmu membuat iri sang surya
Tatap mengalahkan pesona sang angin
Tuturmu seperti untaian embun pagi

Ukhti
Terbersit di dalam hatiku
Sungguh Maha Hebat Sang Pencipta
Ia menciptakanmu dengan cinta

Ukhti
Namun semilir angin tiba-tiba berbisik padaku
Katanya kini kau tak kemilau lagi
Hatiku bertanya, apa yang terjadi padamu?
Angin seakan mengerti tatap heranku
Ia kembali berbisik bahwa kini kau semakin dewasa
Namun kau semakin kehilangan kemilaumu
Tanya kembali menyapa, kenapa?
Sang angin dengan sabar melanjutkan tuturnya
Kau tak membentengi diri
Kau biarkan keindahan yang telah Allah berikan dengan kasih sayang tercampakkan
Kau hinakan dirimu

Ukhti
Kabar dari sang angin meluruhkan tetes beningku
Sesak menyeruak relung hati
Perlahan, tetes bening semakin berebutan ingin menampakkan diri
Ukhti
Luka hati ini mendengar kisahmu
Aku semakin tergugu ketika melihat sang angin menyusut tetes diwajahnya
Sebegitu pedulinya ia padamu

Ukhti
Kemana tunjuk yang telah disampaikan sang angin dengan lembut?
Kemana ajar yang dituturkan mentari dengan senyum?
Kemana perginya?
Kenapa semua hilang tak bersisa?
Semua lenyap seperti setetes embun disudut pagi

Ukhti
Jika sang angin dan mentari telah lelah mengingatkanmu
Jika hadirnya tak kau sambut dengan cinta
Biarlah kini aku yang mencoba bertutur padamu
Jaga keindahan dirimu
Tutup ia dengan pakain taqwa
Jangan kau biarkan tatapan mata penuh angkara mengiringi tiap langkahmu
Jaga kemilaumu

Ukhti
Goresan ini mungkin menyakitimu
Membuatmu menatap muak padaku
Biarlah
Walau aku tak sekuat sang mentari
dan tuturku tak selembut sang angin
Namun ketahuilah, goresan ini disertai dengan doa setulus hati
yang terus kulangitkan tanpa henti
Harapanku, kemilaumu kembali menerangi kisah ini.

Salam cinta dariku
Tempuling, 2018

Penulis: Dewi Yunita


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here