Pulang sekolah, Fatih nampak tergesa masuk rumah dan mendekati ibunya.
“Bu, aku tahu sekarang duit lebarannya mau buat apa?!” Seru Fatih tanpa meletakkan tasnya dahulu.
Ibu memandang Fatih heran. Pulang sekolah tiba-tiba membahas uang lebaran? Ada apa?
Fatih menangkap rasa heran di mata ibu.
“Selama ini Fatih bingung ‘kan uang yang masih dititipkan ke ibu belum buat apa-apa. Tahun lalu buat beli tenda, tahun sebelumnya buat renovasi kamar tidur. Nah, Fatih tahun ini tidak kepingin apa-apa, jadi mau buat ….”
Fatih meletakkan tasnya. Kemudian mengambil air minum. Bikin penasaran ibu dan kakaknya, Dian, saja Fatih ini.
“Begini Bu, tadi temenku, Nizar. Tahu ‘kan Bu sama Nizar?”
Ibu mengangguk.
Fatih melanjutkan ceritanya, “Nizar cerita kalau uang lebarannya mau dipakai buat kurban tahun ini.”
“Kurban?” Ibu dan Dian membelalak.
“Keren dia, tidak melulu mikir seneng-seneng doang,”puji ibu
“Makanya, Fatih jadi kepingin. Fatih mau pakai uang Fatih ditambah sisa tabungan tahun lalu buat beli kambing! Boleh ‘kan Bu?”
“Tentu saja. Boleh boleh,” sahut ibu bersemangat.
“Siapa yang mau beli kambing?” tanya ayahnya ikut gabung.
“Fatih dong. Kambingnya bisa ‘kan dititipkan di kandang kakek?” ujar Fatih.
“Bagus. Belinya sekarang belum mahal,” timpal ayahnya.” Betul kita titipin di kandang kakek.”
Kakek Fatih baru merintis peternakan kambing. Jumlah kambingnya masih bisa dihitung dengan sebelah jari. Kalau ditambah kambing Fatih nantinya, kandangnya akan terisi penuh.
Rencana Fatih terlaksana. Kekek membelikan seekor kambing. Setiap sore, Fatih menengok kandang dan ikut memberi makan kambingnya.
Hari berganti. Hari raya kurban makin dekat. Fatih bersemangat membantu merawat kambing kakek. Dua kambing kakek sudah dibeli oleh tetangganya yang akan berkurban. Masih ada kambing 3 kambing kakek dan 1 kambing Fatih. Kambing Fatih pun terlihat makin gemuk.
Takbir berkumandang. Sholat Idul Adha berlangsung meriah di lapangan. Setelah sholat Idul Adha, keluarga Fatih berkumpul bersama di kediaman kakek nenek. Keluarga mereka punya tradisi makan bersama di rumah kakek seusai sholat Id. Selesai makan, Fatih melihat kambingnya. Kakek sudah terlebih dahulu berada di kandang.
“Kambingku akan ditinggalkan teman-temannnya,” pikir Fatih.
Alangkah terkejutnya Fatih, kakek sedang menuntun kambing Fatih keluar kandang.
“Lho kambingku mau dibawa kemana Kek?”
“Ke lapangan bersama kambing lainnya,” jawab kakek.
“Kenapa dibawa ke lapangan?” tanya Fatih
“Lho, katanya kamu mau kurban, ya kambingnya dibawa ke sana,” timpal kakek menjadi heran
“Kata siapa Fatih mau kurban?” Fatih terkejut sendiri.
Orang tua Fatih keluar untuk melihat apa yang terjadi di luar.
“Lho, kamu ‘kan yang bilang katanya kepingin teman kamu yang memakai uangnya untuk membeli kambing kurban,” terang ibunya setelah tahu apa yang terjadi.
“Betul, Fatih bilang pingin beli kambing, tapi nggak bilang pingin kurban.”
Semua terbelalak mendengar Fatih.
“Jadi kambing ini tidak jadi disembelih?” tukas kakek.
“Fatih mau nitip kambingnya sama kakek biar nambah dulu Kek, kalau sudah nambah baru mau kurban,” jelas Fatih. “Nggak papa kan?”
“Pinter kamu Fatih, nggak mau rugi kamu,” puji Dian, kakaknya, geli. Semua terkekeh mendengarnya.