Bianglala dan Senja

0
97
bianglala dan senja
ilustrasi (screen design)

Afifah Afra

Mungkin kau bianglala. Sesaat hias cakrawala. Sejenak bertakhta, namun hanya selintas, kau pun sirna. Mungkin kau senja. Sejenak menyinggah persada, sesaat payungi semesta, namun sedetak kau pun jauh berarak.

Kau bianglala, kau senja, hanya singgah di bagian kecil kumparan waktu. Sama-sama menyucup seliuk geliat hidupku.

Meski begitu, aku menunggumu. Selalu. Sebab meski sekilas, kau tinggalkan bekas. Sebab meski sekilat, kau tinggalkan jerat. Ketika bekas itu kutenun bersama serat, terjelmalah selimut hangat, tentramkan degup jantung yang hampir sekarat.

Pada bianglala dan senja, aku menunggu dengan setia. Pada bianglala dan senja, ada senyum sabar yang terus tersketsa. Dari sepotong wajah yang tak mengenal gundah. Kamu.

Jingga Dan Ungu

Jingga dan ungu adalah dua bongkah hati berpadu. Jingga dan ungu bersumpah setia bersama songsong waktu. Darah mereka merah, pompa kehidupan dalam pendar aksioma.

Jingga dan ungu adalah bongkah hati menyatu. Sepasang sukma bangun istana cahaya. Bak dua kuntum bunga. Mereka terpisah, namun tinggalkan wangi di persada.

Tak perlu deklarasi gemparkan bagaskara. Tak butuh proklamasi gemuruhkan persada. Cukup bertemu dalam diam, padukan gaung dari jiwa. Meski lirih, saat dua gaung terpadu, alam persada riuh, oleh dashsyatnya ikrar jiwa mereka.

Solo, 20092022


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here