MENJELANG SUBUH
Hujan yang berjam-jam baru saja reda
mengguyur Surakarta dan sekitarnya
mengguyur orang-orang tercinta
yang terbata tanpa payung mencari tempat bernaung
barangkali di emper toko, di teras ruko, di selasar pasar, atau di hatimu yang janganlah gusar
Aku malu
kelaparan semu menyerangku
aku malu
kelaparanmu lebih nyata dari kelaparan semuku
lebih nyata dari makanan yang sengaja disisakan agar menangis
dan hujan belum benar-benar reda—gerimis
lelapkah tidurmu di sana
atau hanya memejamkan mata
menunggu
sampai subuh membukakan pintu
mempersilakan masuk segala harapan
untuk tidak bangun kesiangan
Surakarta, 2022
SUBUH YANG PINTU
Subuh yang pintu
menguarkan udara jujur serta lugu
seperti puk-puk ibu pada hampir tidurku
serupa suara bapak yang mendongeng tentang kancil, timun, maupun katak
Subuh yang pintu
kula nuwun aku memasukimu
sajakku semoga saja sejuk
sepertimu
pas sesuai masakan ibu
yang pas sesuai pemasukan bapak
Subuh yang pintu
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Surakarta, 2022
BAHASA SUBUH
Pagi ini seperti pagi pada umumnya
pedagang makanan yang buka di tengah malam di pinggir jalan
di pertigaan Kartika Ngoresan
mengukuti dagangannya
disambut pedagang janggelut dan gembukan
Pagi. Matahari sedang on the way kesini
Pedagang makanan
menyerahkan estafet kepedagangannya
kepada penjual gorengan
dan hidup terus berjalan
lanjutkan!
Dan suara sayup seorang tua
terdengar diantar pengeras suara
musala kecil di tengah kota yang kecil juga
suara sayup-sayup itu bahasa menuju telinga
cinta bangun dari tidurnya
Bahasa subuh barangkali bahasa tubuh yang rela
menabung kantuk untuk khusuk yang paripurna
Surakarta, 2023