Mengenal 5 Sastrawan Ternama di Indonesia

0
49

Indonesia bukan hanya terkenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang berlimpah, serta kesuburan tanah dan penduduknya yang ramah-tamah. Dari rahim negeri ini juga telah lahir banyak sastrawan yang menginspirasi masyarakat dengan karya-karyanya yang indah dan penuh makna. Sebagian sastrawan-sastrawan tersebut sangat dikenal di masyarakat, dan karya-karyanya banyak dibahas tak hanya di bangku-bangku sekolah, tetapi juga di agenda-agenda sastra lainnya. Lima nama di bawah ini adalah profil singkat beberapa di antara mereka. Siapa saja?

Chairil Anwar
Beliau adalah seorang penyair yang sangat dikenal dengan puisi-puisinya. Chairil Anwar memiliki karya-karya yang dianggap revolusioner yang menandai lahirnya sastra Indonesia modern. Beliau lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara, dan wafat di Jakarta pada 28 April 1949. Total karya yang dituliskan beliau mencapai 96 karya, dan 70 di antaranya adalah puisi. Beliau juga dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” sebagaimana petikan dalam satu puisinya yang berjudul AKU.

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Meski hanya berpendidikan sampai MULO, Chairil Anwar lancar menggunakan 3 bahasa asing, yaitu Bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.

Pramoedya Ananta Toer
Pernah menonton film Bumi Manusia yang disutradarai Hanung Bramantyo? Film yang menceritakan kisah cinta antara Annelies (Mawar de Jongh) dan Minke (Iqbaal Ramadhan) tersebut ternyata diangkat dari novel yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Bumi Manusia adalah novel pertama dari “Tetralogi Pulau Buru,” yang sarat kritisisme sosial terhadap masa kolonial dan pasca-kolonial di Indonesia.
Pramoedya lahir di Blora, 5 Februari 1925, meninggal di Jakarta pada 30 April 2005. Beliau termasuk salah satu sastrawan produktif, dengan karya lebih dari 50 judul, dan sebagian telah diterjemahkan dalam lebih dari 40 bahasa. Sebagai sastrawan yang aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yang berafiliasi dengan PKI, Pramoedya sempat dipenjara selama 14 tahun saat Orde Baru. Bahkan, novel Bumi Manusia pernah dilarang beredar oleh Kejaksaan RI karena dianggap mengandung ajaran Marxisme.

Taufik Ismail
Taufiq Ismail merupakan salah satu sastrawan yang juga sangat dikenal di Indonesia. Beliau lahir di Sumatera Barat pada 25 Juni 1935, dan saat ini masih aktif berkarya. Meskipun bercita-cita sebagai sastrawan sejak remaja, ternyata beliau malah kuliah di jurusan Kedokteran Hewan UI. Keaktifannya dalam demonstrasi memprotes pemerintahan Orde Lama sehingga kemudian tumbang menjadi Orde Baru, membuat beliau dikategorisasikan sebagai sastrawan angkatan 66.

Taufiq juga dikenal sangat kritis terhadap komunisme. Bahkan beliau termasuk orang yang menandatangani Manifesto Kebudayaan yang sangat dibenci oleh Lekra. Polemik antara konsep Manifesto Kebudayaan dengan Lekra sangat tajam, bahkan Lekra sempat mengejek dan mempelesetkan nama Manifesto Kebudayaan menjadi Manikebu, atau sperma kerbau. Lekra mengusung realisme sosialisme, sementara Manifesto Kebudayaan mengusung ide-ide humanisme-universal.

Mochtar Lubis
Mochtar Lubis lahir di Padang pada 7 Maret 1922 dan wafat di Jakarta pada 2 Juli 2004. adalah novelis dan wartawan terkenal. Beberapa novelnya yang paling terkenal di antaranya adalah Jalan Tiada Ujung, Senja di Jakarta, dan Harimau-Hariamau. Salah satu buku Mochtar Lubis yang cukup terkenal adalah Manusia Indonesia yang menurutnya berwatak hipokrit atau munafik; enggan bertanggung jawab atas perbuatannya; berjiwa feodal; ercaya takhayul; artistik; dan berwatak yang lemah. Selain seorang novelis, beliau juga seorang jurnalis. Beliau ikut mendirikan kantor berita Antara, Harian Indonesia Raya, dan majalah sastra Horizon. Melalui Indonesia Raya, beliau sering mengkritik rezim Soekarno, sehingga beliau ditangkap dan dipenjara selama sekitar 9 tahun di era pemerintahan Orde Lama, dan baru bebas pada tahun 1966.

H.B. Jasin
Nama lengkap beliau Hans Bague Jassin, lahir di Gorontalo pada 31 Juli 1917 dan meninggal pada 11 Maret 2000 di Jakarta. HB Jassin pernah membela Chairil Anwar saat penyair tersebut dituduh melakukan plagiasi. Beliau merupakan seorang yang sangat berpengaruh di dunia sastra Indonesia, dan karena itu pernah mendapat julukan sebagai Paus Sastra Indonesia. HB Jassin merupakan salah satu pemrakarsa Manifesto Kebudayaan. Beliau juga seorang cendekiawan muslim, editor, dan akademisi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Tahun 1976, HB Jassin mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang merupakan salah satu lembaga yang memiliki koleksi tentang kesusastraan yang sangat lengkap. Karya-karya beliau di antaranya adalah Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei I-IV, Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa dan Darah Laut: Kumpulan Cerpen dan Puisi.


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here