Mengenang Bung Tomo, Pemimpin Pertempuran 10 November di Surabaya

0
50

Setiap tanggal 10 November, kita memperingati Hari Pahlawan. Biasanya, kita akan mengenang beberapa tokoh yang berperan penting dalam peristiwa tersebut, salah satunya adalah Bung Tomo. Sosok Bung Tomo dideskripsikan sebagai sosok dengan peci lancip khas pejuang 45, berdiri di depan mikropon tua, dengan tangan teracung. Sosok Bung Tomo memang sangat dikenal saat itu. Beliau adalah motivator yang selalu membakar semangat para pemuda untuk terus melawan Belanda. Pekikan takbirnya menggema melalui pesawat radio, menembus setiap relung di kota Surabaya.

Bung Tomo, merupakan panggilan akrab dari Sutomo. Beliau lahir pada 3 Oktober 1920 di Surabaya, Jawa Timur. Usianya tak terlalu panjang, karena beliau wafat pada usia 61 tahun, pada 7 Oktober 1981. Peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan RI memang lekat dengan peristiwa 10 November. Beliau dikenal sebagai seorang pahlawan nasional Indonesia yang ikut aktif memimpin perjuangan melawan penjajah, terutama dalam pertempuran di Surabaya pada tahun 1945.

Selepas sekolah dasar, Bung Tomo melanjutkan ke MULO. Ayahnya, Kartawan Tjiptowidjojo, awalnya memiliki kondisi ekonomi yang baik, beliau bekerja di kantor pemerintah Hindia Belanda. Namun, saat terjadi krisis ekonomi atau malaise, terpaksa Bung Tomo keluar dari MULO dan ikut bekerja serabutan untuk menambah penghasilan keluarga.

Karena merasa bahwa pendidikan itu penting, di sela-sela pekerjaannya, Sutomo tetap berusaha sekolah di HBS dengan korespondensi, namun tak berhasil menyelesaikan pendidikannya tersebut.

Semasa remaja, Bung Tomo menyukai dunia kepanduan, dan sempat menjadi anggota Kepanduan Bangsa Indonesia pada usia 17 tahun. Setelah itu, Bung Tomo menekuni dunia jurnalistik. Saat Jepang masuk, Bung Tomo menjadi wakil pimpinan redaksi Kantor Berita Domei Surabaya. Foto legendaris Bung Tomo yang saat ini beredar, adalah hasil jepretan fotografer Domei, Abdoel Wahab Saleh. Mereka berdua bersahabat akrab, dan berkantor di gedung yang sama. Selain foto Bung Tomo yang sangat terkenal itu, Abdoel Wahab juga menjepret banyak peristiwa penting saat terjadi Pertempuran Surabaya, termasuk penyobekan bendera Belanda di Hotel Yamato yang menjadi salah satu sebab kemarahan Tentara Sekutu saat itu.

Saat Kantor Berita Antara didirikan oleh pemerintah Indonesia, Bung Tomo pun masuk menjadi salah satu pekerjanya, demikian juga, Abdoel Wahab Saleh pun menjadi fotografer Kantor Berita Antara.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tentu merupakan sebuah momen penting dalam sejarah negara kita. Perang tersebut dikenal juga sebagai Pertempuran Surabaya. Setelah berhasil memenangkan Perang Dunia II, tentara Sekutu yang didominasi pasukan dari Inggris yang datang untuk merebut kembali kendali wilayah Indonesia dari tangan Jepang, termasuk Surabaya. Tentara Inggris dengan korps AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Indonesia dengan tujuan melucuti tentara Jepang. Namun, kedatangan mereka diboncengi Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Rakyat Indonesia yang telah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 tentu tak mau dijajah kembali. Pada tanggal 10 November 1945, terjadi puncak konfrontasi antara pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo melawan pasukan Sekutu (Inggris) yang mencoba merebut kembali Surabaya. Bung Tomo saat itu merupakan Ketua Umum kelompok militan Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI). Melalui BPRI itulah, Bung Tomo selalu mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia.

Pidato Bung Tomo yang terkenal di antaranya berikut ini:

Saudara-saudara,
Rakyat Surabaya, siaplah!
Keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita, saudara-saudara,
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan, kita yakin, saudara-saudara,
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah, saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
AllahuAkbar! AllahuAkbar! AllahuAkbar! MERDEKA!

Meskipun pasukan Indonesia saat itu bukan militer profesional, kebanyakan adalah pemuda-pemuda yang berperang menggunakan peralatan seadanya, mereka menunjukkan semangat perjuangan yang tinggi. Bung Tomo, dengan kepiawaiannya dalam orasi, memotivasi rakyat Surabaya untuk melawan. Pertempuran berlangsung sengit dan menelan banyak korban dari kedua belah pihak.

Meskipun akhirnya Indonesia kalah dalam pertempuran tersebut, keberanian dan semangat perlawanan yang ditunjukkan oleh Bung Tomo dan para pejuang Surabaya menjadi simbol perjuangan dan semangat nasionalisme. Pertempuran 10 November di Surabaya diakui sebagai salah satu momen penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Bung Tomo kemudian diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia sebagai penghormatan atas perannya dalam perjuangan tersebut. [YMS].

Previous articleGARBARATA
Next articleKetika Tuhan Bersabda
Yeni Mulati
Yeni Mulati, punya nama pena Afifah Afra. Pimpinan Redaksi Fiksi Islami. Belajar Biologi di Fakultas Sains dan Matematika Undip, lalu Manajemen di Magister Manajamen Universitas Slamet Riyadi, dan saat ini masih menempuh studi di Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Akun ini untuk tulisan-tulisan non fiksi, sedangkan tulisan fiksi menggunakan akun Afifah Afra.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here