“Yang kiranya membuatmu nyaman saat mengerjakan, sepanjang itu adalah kebaikan, maka lanjutkan. Niscaya suatu saat itulah yang akan membesarkanmu.” Ini kurang lebih pesan yang pernah disampaikan salah satu guru sekolah menengah saya dulu. Ya, mengenai sebuah pilihan dalam hidup yang bakal kita jalani nantinya.
Mengenai pilihan hidup tiap orang, ia akan beda-beda. Itu sudah pasti. Penyebab salah satunya karena tiap dari kita pun akan memiliki kenyamanan yang berbeda dalam hidup. Peran serta pilihan aktivitas yang dilakukan pun pasti tak akan sama. Semua dan masing-masing kita berhak untuk memilih jalan hidup terbaik versi diri sendiri.
Menilik lagi para teladan di era lampau. Eranya kenabian dan para sahabat yang jadi sebaik-baik keteladanan bagi siapa pun. Kita dapat simak seorang Abdullah bin Amr begitu bahagianya bercengkerama dengan Al-Qur’an yang tiap tiga hari mampu dikhatamkan. Bahkan sempatlah beliau negosiasi pada Rasulullah ketika diminta mengkhatamkan kalam illahi ini tiap sebulan sekali.
Namun, sahabat ini dengan penuh percaya diri mengatakan, “Saya bisa lebih kuat dari itu”. Hingga sampailah saran Nabi yang memintanya khatam tiap tiga hari sekali. Inilah bentuk teladan besar dari sosok sahabat ahli ibadah yang begitu nyaman dalam karya kesukaannya.
Tak ketinggalan, sang lautan ilmu, Ibnu Abbas. Beliau adalah pakar tafsir Al-Qur’an terbaik. Sosok yang begitu rajin dan memiliki kecakapan luar biasa dalam banyak keilmuan. Kekuatan hafalannya begitu takjub. Hingga saat Umar bin Abu Rabiah menyenandung delapan puluh bait syair untuknya, Ibnu Abbas pun langsung menghafalnya.
Bidang ternyaman itulah yang layak untuk kita pilih. Dengannya, kita akan lebih bahagia. Lewat sanalah juga, diri kita akan lebih optimal dalam menggali lebih dalam karunia potensi. Dari situ pula, kebahagiaan yang besar akan mudah tercipta. Sebab, memang kita melakukan sesuatu bukan atas paksaan. Bukan atas ancaman. Tetapi karena senang dan kenyamanan.
Saat telah merasa nyaman berkutat dalam sesuatu, maka waktu pun akan terasa begitu cepat berlari. Lupa waktu karena saking menikmati kenyamanan kala beraktivitas. Saat telah sangat enjoy dalam kesibukan yang disuka, berjalannya waktu begitu cepat terasa. Rasa-rasanya baru kemarin menginjak hari Senin dan kini sudah awal pekan lagi. Hari yang bagi sebagian orang kurang disukai. Entah sebab apa.
Namun, bagi yang sangat mencintai pekerjaannya, justru seolah jadi penantian hari paling ditunggu. Sebab, saat telah datang lagi hari itu, artinya mereka siap pula untuk kembali bergelut dengan tantangan-tantangan seru yang akan menghebatkan dirinya.
Hal ini akan kita semua bisa peroleh saat mampu dan mau berusaha berkarya di bidang yang disuka. Meski hal semacam ini begitu banyak pro kontra atau sering jadi pertentangan, tapi tetap saja kebahagiaan hati adalah hal mahal. Bagaimana mau bahagia bila sebuah aktivitas utamanya pekerjaan saja kita tak ada minat di sana? Bertahan untuk bekerja tak lain hanya karena motivasi upah yang diperoleh. Namun, hati tersiksa. Waktu dari hari ke hari rasanya sungguh lama hanya untuk menanti tanggal muda.
Nikmat serta karunia Allah Swt., begitu besar bagi para hambanya. Nikmat kebahagiaan hati adalah salah satu yang terbesar. Bahagia ketika benar-benar mengoptimalkan yang namanya potensi diri. Semestinya ia sangat kita syukuri. Caranya tentu dengan mengoptimalkan potensi itu dengan benar. Tidak menyia-nyiakannya. Menggunakan dan menyalurkan di jalan-Nya. Menggunakan untuk meraih prestasi-prestasi tinggi.
Mengapa meski bangkrut dan hancur berkali-kali karyanya, tak membuat Soichiro Honda menyerah dengan dunia otomotifnya? Sebab, ia sangat cinta dengan itu. Ia begitu nyaman bergelut dalam mesin-mesin dan teknologi otomotif. Maka tak heran alat trasnportasi berlabel Honda punya pangsa pasar mendunia hingga kini.
Mengapa juga J.K Rowling tak mundur walau naskah Harry Potter pertamanya belasan kali ditolak penerbit? Sebab, ia sangat cinta akan dunianya itu. Rasa cinta, gairah tinggi, minat besar, yang diberikan pada karya fiksinya itulah yang akhirnya membuat dirinya jadi penulis wanita terkaya yang pernah ada.
Apa potensi yang kita punya dan sangat nyaman saat melakukan itu, temukan segera. Kita layak dan berhak untuk berkiprah di sana. Kita layak untuk berkarya sebaik mungkin di situ. Kita berhak untuk sukses di bidang itu. Kita pantas untuk menemukan dan menikmati proses-proses menuju sukses dengan potensi terbaik yang dimiliki.
Kita layak untuk hidup lebih bahagia dengan potensi apa yang sebenarnya Allah Swt., bekalkan. Bukan hanya menjalani aktivitas dengan keterpaksaan yang akhirnya kurang membuat kita hebat. Yang akhirnya kurang membuat kita meraih prestasi-prestasi besar. Jarang prestasi itu akan berhasil kita peroleh bila tak sepenuh hati kita dalam berprosesnya.
Tetapi kembali lagi juga, bahwa itu semua adalah pilihan masing-masing.
Penulis: Zein Mukhlis
*Penulis 5 Buku Populer – Penerima Anugerah Pena 2021 Kategori Buku Nonfiksi Terpuji Forum Lingkar Pena (FLP) – Anggota FLP Cabang Karanganyar – Domisili di Sukoharjo