Semua umat muslim pasti sudah paham bahwa Al-Quran adalah kitab sucinya. Bahkan, sudah sering kali dijelaskan baik dalam ayat-ayatnya, dalam pembelajaran agama islam di sekolah, serta di berbagai kajian islami, bahwa Al-Quran adalah pedoman hidup umat manusia. Al-Quran memberikan petunjuk, rahmat, dan solusi atas berbagai permasalahan yang dialami manusia.
Sebagaimana hadis nabi yang berbunyi;
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan tersesat selagi (kalian) berpegang teguh dengan keduanya yaitu al-Qur’an dan sunahku“. (HR. Muslim, no. 1218)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim berpegang teguh pada Al-Quran dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di era modernitas saat ini.
Globalisasi Menyetir Kehidupan Umat Manusia
Era modern yang identik dengan globalisasi ternyata menciptakan dampak dan perubahan yang cukup besar di semua aspek kehidupan masyarakat muslim. Terutama generasi muda. Globalisasi menghapus semua batas dan sekat antarnegara, sehingga terjadilah pertukaran budaya dan kemudahan akses informasi dari berbagai sumber dalam lingkup global. Terlebih saat ini, perkembangan sosial media dengan sajian konten tanpa batas sudah menjadi ‘kitab suci’ baru kaum muda saat ini.
Di satu sisi, fenomena ini memberikan banyak sekali dampak positif di berbagai aspek. Misalnya, luasnya pengetahuan dan cakrawala generasi muda sehingga meningkatkan intelektualitas, memperbaiki mindset dan sudut pandang kaum muda dalam menanggapi suatu fenomena, hingga memudahkan mereka dalam mengeksplorasi ilmu agama secara lebih luas dari berbagai media dan teknologi saat ini.
Namun, di samping beberapa dampak positif, globalisasi juga menciptakan dampak negatif yang cukup fatal. Dibalik kebebasan dari berbagai aspek, terutama terkait masuknya budaya asing, ternyata menciptakan ketertarikan tersendiri dan mengundang followers cukup banyak yang didominasi oleh kaum muda. Budaya asing menjadi kiblat baru kaum muda era modern. Fatalnya, fenomena yang banyak terjadi adalah ketertarikan yang berlebihan hingga mereka mengaplikasikan budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya berpakaian, gaya hidup, dan lainnya. Generasi muda Indonesia sebagian besar tidak bisa memfilter mana budaya yang baik dan mana budaya yang tidak baik dan tidak patut untuk ditiru. Ketertarikan yang berlebihan ini akan menjadikan mereka haus untuk terus mengonsumsi semua informasi seputar budaya tersebut bahkan menjadikannya sebagai hiburan saat waktu luang.
Selain budaya seni, ternyata budaya kerja juga mulai berkiblat pada negara asing. Budaya kerja ini juga telah mengubah persepsi dan mindset generasi muda mengenai uang. Mindset kapitalis perlahan telah mendarah daging dan membuat mereka berlomba lomba untuk berburu kekayaan melalui budaya hustle culture (bekerja tanpa terbatas waktu). Mereka mendedikasikan semua waktunya untuk bekerja dan bekerja. Fatalnya, ambisi bekerja dan menumpuknya kesibukan duniawi ini membuat mereka melalaikan banyak kewajiban sebagai hamba Allah, misalnya melewatkan waktu salat yang seharusnya menjadi rukun islam yang wajib dilakukan. Nah, pertanyaannya jika yang wajib seperti salat saja dihiraukan. Apalagi membaca Al-Quran?
Fenomena lain adalah sosial media yang kini sudah menjadi kitab suci baru yang tak bisa terlepaskan dari genggaman. Ribuan dan ragam konten yang disajikan tanpa batas setiap hari, bahkan setiap menit menciptakan ketertarikan dan rasa penasaran yang cukup tinggi, sehingga cenderung menimbulkan kecanduan. Candu inilah yang membuat seseorang lupa waktu dan ingin terus menerus melakukannya. Padahal, hakikatnya tanpa disadari, kita sudah membuang banyak waktu untuk itu.
Tanpa disadari, globalisasi telah mengubah prinsip hidup seluruh umat manusia di dunia. Tujuan hidup yang seharusnya sebagai bekal di akhirat kelak, kini beralih pada prioritas tujuan duniawi seolah manusia hidup sepanjang masa dan tak ada yang dipertanggungjawabkan.
Tiada Waktu untuk Al-Quran
Lalu di mana waktu untuk Al-Quran? Di mana posisi Al-Quran yang seharusnya sebagai pedoman hidup? Kapan waktu untuk Al-Quran? Jangankan mempelajari, menyempatkan untuk membaca walau satu lembar yang hanya beberapa menit pun rasanya tidak ada. Orientasi manusia modern, waktu adalah uang. Padahal, manusia tak akan pernah merasa cukup dan puas dengan uang tanpa adanya rasa bersyukur dan keberkahan. Tanpa adanya keberkahan, sebanyak apapun harta yang dimiliki manusia tidak berharga. Rasa syukur dan keberkahan bisa kita dapatkan dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui Al-Quran.
Namun, sayangnya, masyarakat modern saat ini, terutama generasi muda sudah mulai meninggalkan Al-Quran. Tidak membaca apalagi mempelajarinya. Bahkan asing dengan kitab sucinya sendiri. Jika di dunia saja tidak mengenal kitab sucinya sendiri, maka kepada siapa kelak kita mengharap syafaat? Al-Quran akan memberi syafaat pada manusia yang senantiasa mempelajarinya.
Tidak ada waktu bukanlah alasan yang tepat. Melainkan, tidak meluangkan waktunya untuk Al-Quran. Maka, tak heran jika banyak kaum muda saat ini yang kehilangan jati diri, banyaknya masalah tak mendorong dirinya untuk mengadu pada Allah dan mendekatkan diri dengan Al-Quran, sehingga semakin lemah keimanannya dan hampa hatinya. Pada akhirnya, Al-Quran menjadi kitab suci yang terlupakan, karena penganut nya sendiri pun tak kenal dengan kitab sucinya, dan tak tersentuh baik lafadz maupun maknanya karena rendahnya minat generasi muda membaca dan mempelajarinya.
Yuk, Luangkan Waktu untuk Al-Quran
Cintai dan hidup bersama Al-Quran, insya Allah kelak Al-Quran bisa memberi syafaat untuk kita. Dengan hidup bersama Al-Quran, dalam hal ini senantiasa membacanya walau satu lembar dalam satu hari, meluangkan waktu untuk mempelajari dan mengajarkannya, menghayati maknanya, menghafalkannya, maka insya Allah hidup kita akan mendapat keberkahan hidup dan rahmat dari Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist;
“Tidaklah sebuah kaum berkumpul di rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan mengkajinya, melainkan ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat akan menaungi mereka, dan malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka kepada makluk yang di sisiNya. Barang siapa yang tertunda karena amalnya, maka tidaklah dia dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim No. 2699. Abu Daud No. 1455, 4946. Ibnu Majah No. 225. Ahmad No. 7427. Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 8/729. Al Baghawi No. 130)
Dan yang paling dicari oleh manusia di zaman modern saat ini adalah ketenangan hidup dan ketentraman hati. Dengan hidup bersama Al-Quran kita akan merasakannya. Kita akan selalu belajar menjadi manusia yang bersyukur dengan apapun pemberian Allah, senantiasa dijaga oleh Allah dari segala hal-hal yang buruk dan kemudaratan, serta dimudahkan segala urusan kita. Karena ketika kita mencintai Al-Quran, maka kita mencintai Allah, dan ketika Allah sudah cinta dengan hambanya, maka Allah akan berikan yang terbaik untuk kita.