Belajar Sabar dari Para Pendahulu

0
83

Betapa indah kesabaran yang dicontohkan orang-orang terdahulu kepada generasi saat ini. Bagaimana mereka memaknai ujian dari yang Maha Kuasa.

Kesedihan yang mendalam, kekalutan, kebingungan dalam mengurai masalah. Ketidak mampuan diri menganmbil hikmah dari sebuah kejadian. Tak lain, karena jauhnya diri dari  ilmu. Dan Al-Qur’an yang kita baca setiap harinya itu, belum mampu kita ejawantahkan dalam kehidupan.

Padahal Al-Qur’an Allah turunkan bukan hanya sekedar menjadi bacaan semata, tapi untuk di jadikan panduan dalam kehidupan. Kisah-kisah para Nabi beserta para kaumnya, konflik yang terjadi dan bagaimana para Nabi menyikapi pembangkangan kaumnya, itu semua Allah ceritakan untuk kita ambil hikmahnya.

Bahkan kekasih Allah yang merupakan Nabi terakhir yang Allah utus, saat menyikapi masalah. Beliau mencontoh bagaimana para Nabi pendahulunya dalam mengambil sikap. Contohnya saja dalam peristiwa penaklukan kota Mekah, di mana pada saat itu kaum Quraisy yang belum masuk islam, merasa ketar-ketir karena kekalahan mereka, serta perbuatan mereka kepada Nabi dan para sahabatnya yang melampui batas.

Pada saat penaklukan kota Mekah manusia berkumpul dihadapan Nabi, begitu pula para musuh-musuh Allah. Diantara mereka ada Ikrimah bin Abu Jahal. Para musuh Allah dan Nabi berpikir mereka akan dijatuhi hukuman mati oleh Nabi. Tapi pada saat Nabi berada dipuncak kemenangan itu, Nabi kemudian berkata “aku akan  berkata kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, bahwa hari ini tidak adalagi kesalahan kalian.”

Ini sekelas Nabi saja yang Allah muliakan, manusia terbaik yang akhlaknya adalah Al-Qur’an, menjadikan para pendahulunya sebagai panduan dalam menyikapi permasalahan. Maka sudah seharusnya sebagai manusia biasa, yang sering khilaf ini untuk mencontoh beliau, dan mengikuti jejak-jejak kemuliaannya itu.

Urwah bin Azzubair rahimahullah pernah berkata kepada putranya, Hisyam, “Bisa jadi, sedikit kehinaan yang aku terima dengan kesabaran akan mendatangkan kemuliaan yang berkepanjangan.” Dikutip dari buku Kisah Para Tabi’in. Sekiranya manusia saat ini menyikapi masalah seperti Urwan bin Azzubair maka rasa-rasanya kita akan menemukan sebuah masyarakat yang positif dan berkemajuan. Tapi ironisnya saat ini kita menyaksikan. Di mana karena masalah sepele, terkadang nyawa jadi taruhannya. Beberapa bulan yang lalu saya pernah mendengar sebuah kasus di mana seorang anak tega menghabisi nyawa ibu kandungnya, karena dihalangi untuk melakukan kebiasaan buruknya,  yang suka mabuk-mabukan.

Disisi lain manusia dihadapkan pada kemajuan tekhnologi yang sangat canggih,  di mana tekhnologi mampu membuat manusia terhubung dengan dunia luar begitu cepat. Dan informasi yang beredar ditengah-tengah masyarakatpun, menjadi mudah tersebar dan dikomsumsi. Dan pada akhirnya dampak negatifpun tak bisa terelakkan, meski tidak dipungkiri kelebihan tekhnologi juga banyak yang positifnya.

Tekhnologi tanpa batas ini, membuat setiap orang merasa bahwa punya hak dan kebebasan untuk  berekpresi, baik itu membagi moment kebahagiaan ataupun kejadian buruk yang menimpanya. Sehingga aib yang seharusnya ditutup rapat-rapat menjadi mudah tersebar dan menjadi trend baru.

Para pelaku industri hiburan, artis dan selebgram berlomba-lomba membagikan moment kebahagiaan, kesuksesan dan kemewahan yang meraka miliki. Dan tak kadang diamini begitu saja oleh para penggemarnya. Yang pada akhirnya masyarakat yang jauh dari ilmu mengikuti dan menjadikan mereka jadi kiblat baru dalam kehidupan. Sehingga semakin jauhlah masyarakat dalam panduan hidup yang sebenarnya.  Beberapa orang merasa bahwa sukses itu ketika mampu seperti si A yang mempunyai banyak pencapaian dan kemewahan serta banyaknya pengikut. Dan pada akhirnya beberapa generasi penerus bangsa merasa insecure, karena merasa diri banyak kekurangan. Dan merasa gagal karena belum mampu seperti orang lain.

Sudah saatnya kita belajar, menelaah Kembali, serta mengambil hikmah dari orang-orang shaleh terdahulu bagaimana cara menyikapi masalah. Agar kita tak hilang arah. Sehingga saat masalah dan ujian menghampiri kita, kita tau cara bersikap dan tetap sabar menjalani serta menghadapinya. Terkadang Allah tidak meminta kita untuk menyelesaikan masalah yang mendera, Allah meminta untuk sabar dalam menjalaninya dengan tetap berprasangka baik, dan memohon pertolongan kepada Allah. Karena satu kesulitan bersamanya ada dua kemudahan.

Saya menjadi teringat kisah Nabi Ibrahim.  Di mana pada saat itu kecantikan istrinya Syaroh menyebar kesegala penjuru Negeri, dan Raja Mesir pada saat itu, ditantang untuk mendapatkan Syaroh, dan atas izin Allah Syaroh pun dijemput paksa oleh tentara Raja dan sikap Nabi Ibrahim saat melihat kejadian tersebut. Bukan mengejar tentara itu, namun beliau mengambil wudhu dan salat dua rakaat dan berdoa kepada Allah. Karena hanya Allah lah yang mampu melindungi istrinya dan sangat mudah bagi Allah untuk melakukannya. Dan sebaik-baik yang dititipi adalah Allah.

Sebelum Raja Mesir mendekati Syaroh. Syaroh pun berdoa kepada Allah untuk menjaganya dari kejahatan sang Raja dan sontak saja setiap kali Raja Mesir ingin menyentuhnya,iapun kemudian tumbang dan bergetar seluruh tubuhnya. Dan pada akhirnya Syarohpun selamat dari kejahatan Raja Mesir.

Betapa indah cara orang-orang shaleh terdahulu dalam menyikapi masalah, semoga Allah izinkan kita untuk belajar dan mengambil ibroh dari kisah masa lalu.


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here