Catatan Kehilangan
Lembar itu bermula
Halaman pertama aku gores pena
Pada pandangan pertama
Aku ucap sampai jumpa
Sebelum aku tahu isi halaman kedua
Sampai jumpa
Dua kata paling bijak yang kupunya
Demi hati tak sekarat saat bersama
Denganmu, penebar pesona
Orang-orang bilang aku lemah
Bernanah sebelum patah
Kehilangan sebelum menjamah
Bukan,
Bukan begitu maksud diri
Bukan tidak ingin membuka hati
Hanya bersiaga agar tak terluka lagi
Sebab pernah kehilangan paling sakti
Saat hampir memiliki tapi berpaling hati
Lembar-lembar selanjutnya
Setelah kata sampai jumpa
Biarkan cerita memilih jalannya
Untuk sebuah cinta dan bersama
Atau kehilangan yang sampai jumpa
Pati, 15 Oktober 2022
Pulang dari Cinta yang Keliru
Lewat sudah seratus purnama
Sejak diri mencari dalam kelana
Berjalan dari gang ramai hingga gang hampa
Berlari dari hulu ke muara
Mendaki puncak hingga memasuki gua
Lelah diri ini mencari dia, teman setia
Kawan satu atap di dunia hingga surga
Gusti, sungguh lelah kaki melangkah
Setiap taman yang kudatangi berujung jurang perpisahan
Setiap lembah yang terlewati bertemu ketidakmungkinan
Ingin aku bertanya, jalan macam apa ini?
Jalan yang membuatku berjumpa sakit berujung tangis
Tapi belum juga mata menemukan dia yang setia
Gusti, aku lelah dengan kelanaku sendiri
Kali ini, aku pulang dan ingin istirahat
Aku benar-benar lelah mencarinya
Aku tak tau lagi kemana harus melangkah
Memang seperti tak punya malu
Aku pulang saat sudah remuk-remuknya
Tapi hanya ini yang aku punya sekarang
Aku pulang pada-Mu
Membawa pengaduan dalam sujudku
Memohon pada-Mu
Agar restu-Mu sampai padaku
Bersama cinta yang tak lagi kelabu
Berkisah rasa yang tak ambigu
Berjumpa kasih tanpa pilih kasih
Aku pulang dari cinta yang ambigu
Cinta yang sempat keliru
Pati, 17 Oktober 2022
Memahat Restu
Kau pulang menggandeng masa depan
Senyummu tersuguh penuh harapan
Lantas bersimpuh di hadapan ibu
Memohon restu membawa menantu
Kau selalu tahu, bapak tak pernah keliru
Memilihkan lelaki yang tepat untukmu
Penuh selidik tentang ini dan itu
Sesuatu yang membuatmu meragu
Sembari menunggu, akankah mendapat restu?
Bibit, bebet, dan bobot
Takaran mutlak yang tak tergoyah
Penentu kemapanan, kemampuan, juga kekuatan
Katanya, demi rumah tangga tak sengsara
Demi langgeng hingga hari tua
Tradisi pun tak boleh tersisih
Lahirmu dan lahirnya adalah angka ajaib
Dalam dimensi yang tak mudah dimengerti
Arah rumahmu dan rumahnya adalah arah rahasia
Cerita yang hanya dimengerti oleh mereka golongan tua
Sekuat-kuat engkau berpayah
Menepis cerita dengan logika
Nyatanya akan luluh juga
Memilih melepas tali cinta
Lantas terpasung paku tradisi
Meratap sunyi dalam sepi
Akankah selalu begitu?
Ucapmu menyesali tradisi
Pati, 18 Oktober 2022
Biodata Penulis
Umi Satiti, lahir di Karanganyar dan saat ini menjalani perantauan di Pati. Penulis merupakan Bendahara FLP Wilayah Jawa Tengah.