Menulis sebagaimana keahlian lain perlu dilatih. Semua orang mungkin bisa menulis, tapi tidak semua orang bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Itu artinya dalam melakukan kegiatan menulis, kita butuh seorang guru—sebagaimana ilmu lain—agar bisa menghasilkan tulisan yang bagus dan berkualitas.
Memang benar, ilmu kepenulisan tidak diajarkan di dalam kurikulum pendidikan. Jika pun ada, pembahasannya tidak akan detail, hanya sepintas lalu. Itulah mengapa kebanyakan penulis lebih banyak belajar ilmu kepenulisan secara autodidak melalui buku maupun dengan banyak membaca tulisan-tulisan dari penulis lain.
Tapi, meski bisa belajar secara autodidak, penulis sebaiknya tetap memiliki mentor di bidang kepenulisan. Ada beberapa alasan mengapa seorang penulis perlu memiliki guru menulis. Yuk, simak alasannya!
Sebagai Mentor Menulis
Guru menulis sebagaimana lazimnya guru pada umumnya—akan membimbing kita untuk dapat menulis dengan baik dan menghasilkan tulisan dengan mutu yang bagus. Sangat disarankan bagi penulis pemula memiliki mentor menulis—terlebih bagi yang masih buta dengan tata aturan penulisan dan penataan kalimat.
Dengan memiliki guru menulis, kita akan diberi tahu tentang kesalahan-kesalahan penulisan yang sering dilakukan dan bagaimana cara memperbaikinya. Selain itu, kita juga akan diajarkan cara menata kalimat yang baik sehingga bisa menghasilkan tulisan yang runtut dan enak dibaca.
Memberi Kritik yang Membangun
Untuk terus meningkatkan kemampuan menulis, kita butuh kritikan yang membangun dan itu tidak didapatkan dari orang lain. Sering kali, seorang penulis pemula mendapatkan kritikan pedas tersebab tulisannya yang buruk dan amburadul. Sehingga membuat mentalnya menjadi down dan pada akhirnya berhenti menulis.
Hal semacam itu tidak akan kita terima jika memiliki seorang mentor dalam menulis. Seorang mentor alih-alih memberikan kritikan pedas—ia justru akan memberikan kritikan atau masukan yang membangun. Dengan begitu, progres menulis kita akan semakin baik.
Sebagai Support System
Tak jarang seorang penulis akan mengalami penurunan hasrat menulis. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Bisa jadi karena faktor kelelahan maupun merasa kesepian dalam menulis. Ya, menulis memang adalah aktivitas yang lebih banyak dilakukan secara sendirian. Jadi, wajar, bila sesekali semangat kita sedang turun.
Bila hal itu terjadi, kita membutuhkan seseorang agar bisa menyemangati diri dan yang bisa melakukan itu adalah mentor. Ya, seorang mentor tidak hanya mengajari kita cara menulis yang baik, tetapi juga bisa menjadi support system manakala dibutuhkan.
Teman Diskusi yang Baik
Ini yang menjadi nilai tambah—selain mendapat bimbingan soal ilmu kepenulisan dan teknik penataan kalimat—kita juga bisa berdiskusi tentang banyak hal dengan mentor. Seorang mentor yang baik tidak akan menolak bila diajak berdiskusi, sebaliknya ia akan merasa senang.
Banyak berdiskusi dengan mentor akan melatih kita untuk mengembangkan perspektif atau sudut pandang yang lebih luas. Sehingga kita bisa melihat dari sisi yang jarang sekali dilihat orang lain. Dengan memiliki sudut pandang yang luas, akan membantu kita membahas suatu topik secara berbeda meskipun topiknya sudah banyak yang membahas. Melihat dari sisi yang jarang dilihat oleh orang lain memang tidak mudah. Dibutuhkan latihan secara terus-menerus agar sudut pandang kita bisa lebih luas dan beragam dalam melihat sebuah isu atau fenomena.
Nah, itulah mengapa seorang penulis penting sekali memiliki guru atau mentor. Mungkin tanpa seorang mentor, kita tetap bisa mempelajari ilmu kepenulisan secara autodidak. Namun, ilmu kepenulisan yang dipelajari secara mandiri itu tidak terstruktur dan kita juga cenderung melompat-lompat dalam mempelajarinya. Alhasil, progresnya tidak akan maksimal.
Berbeda jika kita belajar langsung dengan mentor. Bukan hanya ilmunya saja yang bisa kita pelajari melainkan pengalamannya juga dan itu tidak bisa didapatkan bila kita belajar secara autodidak.