Mengambil Inspirasi dari Perjuangan Gadis Malagasy

0
146
Indiva

Judul : Sebiru Safir Madagascar
Penulis : Haya Nufus
Penerbit : Indiva
Halaman : 288 hlm
ISBN : 978-602-1614-53-2
Peresensi : Ratnani Latifah

Sebiru Safir Madagascar merupakan novel peraih juara ketiga dalam lomba menulis inspiratif Indiva 2014. Penulis memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh Rindra sejak usia tujuh tahun hingga beranjak dewasa. Menawarkan kisah yang berbeda, perpaduan antara sejarah, lokalitas budaya, lingkungan hidup, serta usaha dalam meraih cita-cita.

Madagascar adalah sebuah negara di Samudera Hindia, lepas pesisir timur Afrika. Merupakan pulau terbesar ke empat, pemasok batu mulia terbesar di dunia. Hanya saja meski negara itu kaya, masyarakat umum tidak dapat menikmati kehidupan yang layak. Tetap hidup dalam kubangan kemiskinan. Kenyataan itu, kemudian membuat gadis kecil bernama Rindra memiliki mimpi, ingin menjadi ahli tambang yang bisa mengelola kekayaan alam Madagscar.

Rindra bersekolah di Akany Tafita—sebuah sekolah dan asrama yang menampung anak-anak miskin di sekitar perbukitan Sahasoa. Ayahnya adalah penambang batu mulia di sebuah pertambangan asing. Sedang ibunya sudah meninggal ketika dia berusia tujuh tahun. Meski Rindra miskin, gadis itu sangat cerdas. Dia menguasai empat bahasa di dunia. Karena itu, Tinah—wanita pemilik Akany Tafita sangat mendukung mimpi Rindra. Dan semangat Rindra semakin membara ketika mendengar kisah tentang Josse—adik Tinah dan kisah inspiratif Maryam yang pernah dia tonton, yang mengatakan, “Pendidikan adalah pintu untuk meninggalkan kebodohan, untuk keluar dari masa-masa suram.” (hal 71).

Tapi ketika akhirnya Rindra bertemu Josse, dia menyadari, bahwa laki-laki itu, tidak seperti Tinah. Josse bukannya mendukung mimpi Rindra, malah mematahkannnya dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan. Meski begitu Rindra tidak putus asa. Dia percaya selalu ada harapan bagi siapa saja yang berjuang (hal 163). Bahkan dalam sebuah lomba pidato yang diikutinya, Rindra mengungkapkan tentang mimpi—harapan yang bersarang di kepalanya.

“Saya ingin menjadi putra negeri yang memiliki kekuatan melawan kapitalisme yang mengeruk kekayaan alam kita. Kecintaan terhadap Tanah Air adalah sebuah keharusan yang dibuktikan dengan melakukan hal-hal hebat untuk mengharumkan nama negara. Madagascar telah berusia ratusan tahun dengan segala kekayaan alam. Negara ini butuh tenaga-tenaga ahli untuk mengelola pertambangan, pariwisata juga mengelola pemerintah.” (hal 188-189).

“Saya berharap bisa memiliki kuasa melindungi biodiversity kekayaan alam, mengelola hasil alam yang ada, sehingga bisa membagi hasil alam secara rata hingga pada rakyat golongan kecil, sehingga tercipta kesejahteraan yang merata.” (hal 190).

Setelah mengikuti lomba, Rindra mengunjungi Palais du Rova yang merupakan tempat tinggal para penguasa Kerajaan Merina pada abad ke -7 dan ke -18. Rova berada di titik tertinggi kota Antananarivo. Selain Rova dia juga mengunjungi Palace Royal Hill yang tidak kalah menarik.

Perjalanan itu sedikit banyak membuat Rindra senang. Karena selain dia bisa mempelajari sejarah, dia juga sedikit melupakan masalah yang diam-diam dia ketahui. Yaitu rencana jahat Josse yang ingin menghancurkan Akany Tafita, agar bisa dibuka sebagai vila penginapan. Namun kebahagiaan itu luntur, ketika mereka pulang Akany Tafita telah rata.

Rindra sangat sedih. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah itu Rindra fokus belajar agar bisa melanjutkan ke senior school di sekolah pemerintah. Dia diterima dengan nilai yang memuaskan. Namun, baru sekejap menyesap kebahagiaan, cobaan kembali mendatangi Rindra. Tinah meninggal dunia.

Tapi hidup harus terus berjalan. Rindra sekarang bekerja di Lemurs Park sebagai guide, setelah lulus senior school . Dia belum memiliki dana untuk melanjutkan kuliah. Namun begitu, semangatnya belum padam. Rindra berusaha mengajukan proposal beasiswa. Meski lagi-lagi dia menelan kegagalan. Aku memiliki harta berharga bernama semangat, dan aku tak akan membiarkan semangat itu pudar. Aku pejuang! Dan, aku berhak menang (hal 278). Itulah yang diyakini Rindra.

Sampai kemudian ada berita bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia mencari putra-putri terbaik Malagasy untuk disekolahkan di Indonesia. Rindra tidak melewatkan kesempatan ini.

Novel ini mengajak kita mencintai tanah air dan mengabdi demi kemajuan negara. Serta harus berjuang demi mewujudkan cita-cita. Jangan sampai keterbatasan menjadi penghalang. “Bermimpilah! Maka, semesta akan mendukungmu.”


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here