Puisi Renungan Diri

0
542

Rintihan Jiwa

Aku terluka
Ketika sosok manusia menusuk hatiku yang kerdil
Cacian dan hinaan kuciptakan untuk menghukumnya
Tawa kulepaskan ketika orang-orang membenarkan pendapatku
Membersamaiku menggunjing dan mencela orang yang menusuk belatinya kepadaku

Rasakan! Gumamku saat itu
Aku merasa menang

Bagai di atas angin, aku melupakan jiwa-jiwa yang merintih karena caraku
Kulupakan aib dan dosa yang mengelilingi hidupku
Melupakan usia yang sewaktu-waktu bisa berhenti

Namimah, ghibah, dan fitnah
Seperti virus yang memprovokasi jiwaku yang penuh tirani
Melahap semua waktu luangku
Empati pun tak ada lagi
Hingga bukan hanya masaku yang sempit, tetapi juga hatiku

Di mana ketenangan
Di mana waktu luang
Bahkan aku tak mampu merasakan napasku sendiri

Sesak … perih …
Apakah ini azabku?
Balasan terhadapnya kurasakan bagai bumerang yang mengoyak jiwa ini

Lalu, apa yang kudapat?
Hanya kekosongan yang memadati ruang hatiku
Hanya kesibukan mencari kesalahan orang lain
Tawa tercipta di wajahku
Aku bangga menjadi yang terdepan
Namun, hatiku hampa di dalam sini
Tak ada kebahagiaan
Hanya sakit yang kian meradang

Bogor, Januari 2020

Mengubur Serakah

Rinai masih menciptakan dingin
Pekat masih mempertunjukkan hening
Senja tak pernah menyalahkan malam yang menggulung pesonanya
Embun hanya bisa tersenyum ketika matahari menggerus beningnya
siang hanya bisa pergi di antara lembayung ketika hitam menutup sinarnya

Seperti kita yang tak bisa memaki abainya takdir saat hidup tak sesuai asa
Hanya bisa menerima apa yang tertulis sejak 50 ribu tahun sebelum tercipta
Meringkuk di balik dinding menyumsum
Memejamkan mata menantang angkara dunia
Menahan ego yang memusnahkan qonaah
Menghapus bayangan indahnya bentala
Hingga dini hari yang seolah panjang menyelimuti daksa; memendam serakah

Wahai, jiwa yang lemah
Jangan lihat mereka yang berada di atas muka
Karena menengadahkan kepala terlalu lama akan membuat lehermu patah
Berhentilah berkeluh kesah
Tahukah, bukannya mereka iba
Melainkan muak dengan lidahmu yang seolah paling menderita

Bogor, April 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here