Sobat Filmi sering menulis di kafe atau kedai kopi? Bela-belain bawa laptop untuk menulis, baik tugas sekolah, kuliah, kantor atau proyek novel. Sayangnya tidak semua kafe kondusif untuk menulis. Apalagi jika kita datang bareng teman. Bukannya menulis, malah sibuk ngobrol dan melahap cemilan. Pulang dari kafe, tulisan tetap saja belum kelar.
Kafe seperti Manuscript Writing Café yang berada di distrik Koenji, Tokyo, Jepang bisa jadi solusi, nih. Seperti apa kafenya? Berikut beberapa fakta menarik dari kafe khusus untuk menyelesaikan tulisan ini.
1. Harus punya target
Siapa saja yang datang harus menulis dan punya target kata yang hendak diselesaikan selama berada di kafe. Tentu saja targetnya realistis, ya. Bisa menyengsarakan diri jika bikin target terlalu muluk. Satu atau dua bab novel masih realistis. Pokoknya penulis tetapkan saja target, tulis pada form yang sudah tersedia.
2. Pilih level teguran
Sobat Filmi yang terbiasa menulis di bawah tekanan bakal suka, nih. Pelayan kafe akan menegur sesuai level yang sudah ditetapkan oleh penulis sendiri. Mau sekadar ditanya saja, sampai diperiksa tulisannya tiap jam, atau level tertinggi: pelayannya nungguin berdiri di belakang penulis. Pokoknya pilih sendiri level yang dapat memberikan tekanan agar target menulis selesai.
3. Makanan dari luar diperbolehkan, bikin teh dan kopi sepuasnya
Aturan di kafe seperti ini melawan arus banget. Mayoritas kafe melarang pengunjung bawa makanan dari luar, namun Manuscript Writing Café malah memperbolehkan. Untuk minumannya, tidak perlu khawatir, pengunjung bisa bikin teh dan kopi sepuasnya. Hanya saja jangan sampai kebanyakan minum teh dan kopi kalau tidak mau sering ke toilet, ya.
4. Tersedia charger dan free high speed wifi
Manuscript Writing Café menyediakan jaringan internet dengan kecepatan tinggi gratis. Pengunjung dapat mengambil file yang tersimpan di penyimpanan awan juga cari-cari data pendukung tulisan. Ada colokan listrik juga. Tidak perlu khawatir laptop kehabisan daya dan harus rebutan colokan listrik.
5. Cap tanda tulisan selesai
Apabila pengunjung sudah menyelesaikan tulisannya, bakal dapat cap khusus dari pelayan kafe. Jadi semacam tanda, pengunjung sudah berhasil mencapai target. Pelayan kafe ternyata akan memasang formulir target yang diisi ketika datang. Rupaya ada semacam kegembiraan juga dari pengelola kafe, juga harapan tulisan pengunjung akan memberikan perubahan yang baik pada dunia.
6. Dilarang pulang
Jangan coba-coba minggat dari kafe ini sebelum tulisan kelar. Pengunjung baru boleh pulang begitu kafe akan tutup. Tulisan yang belum selesai akan jadi kegagalan tersendiri bagi pengunjung, juga pengelola kafe. Makanya penting sekali menetapkan target yang realistis di awal kedatangan.
7. Biayanya 300 Yen tiap jam
Manuscript Writing Café ini mengenakan tarif ala warnat tahun 2000-an. Pengunjung membayar sekitar Rp30.000 per jam. Sepadanlah ya dengan fasilitas yang ada. Situasi dan kondisi di kafe juga sangat mendukung pengunjung untuk menyelesaikan tulisannya.
Sobat Filmi berdoa saja, semoga ada pengusaha yang berdikasi terhadap dunia literasi untuk membuat kafe ala Manuscript Writing Café di Jepang itu. Syukur-syukur bisa menjamur di dekat sekolah, kampus dan pusat kota. Aminkan saja, bisa terwujud, ya sobat.
Sumber
1. https://www.youtube.com/watch?v=_ZPw7gRc-VU
2. https://japantoday.com/category/features/lifestyle/tokyo%E2%80%99s-manuscript-writing-cafe-only-allows-writers-on-a-deadline-and-won%E2%80%99t-let-them-leave-until-finished
3. https://koenji-sankakuchitai.blog.jp/ManuscriptWritingCafe/