Perasan Santan Ibu dan Bisik Tetangga

0
89

Perasan Santan Ibu

Gulita masih merayap

Tangan Ibu sudah bergelut dengan parutan kelapa

Ia memeras

Dibersamai hati dan pikiran

yang mengandung duka

Beras, lauk, anak-anak, dan biaya sekolah

Berlarian di ruang tempurung

Mencipta wajah ibu, murung

Adzan Subuh menggema

Ibu beranjak

Menumpahkan keluh

Di sujud syahdu

“Insya Allah.”

Seutas senyum tumbuh

Di wajah ibu

Yang kembali

Memeras parutan kelapa

‘Tuk menebus

Entah beras, entah lauk

Entah biaya sekolah

“Sebuah usaha merayu kasih Allah.”

Ibu bergumam kepada harap

Yang duduk di sampingnya

Sejak ia kembali

Memeras parutan kelapa

Di gulita yang beranjak sirna

Candi, 02 Januari 2023

Bisik-Bisik Tetangga

Jauh sebelum dini hari.

Kasak-kusuk saling berebut telinga.

Mulut-mulut bersilang suara.

Dan kursi hanya bisa menutup telinga; sedikit memaki.

Mereka-mereka tak kunjung menyadari.

Setiap kecap bibir, lahir jelaga memenuhi ruang hati.

Lalu setan ngopi-ngopi, ketawa-ketiwi.

Misi berhasil, Bos! katanya

Perlahan, baju kebesaran mereka menghitam.

Namun, sebab lampu hati telah padam.

Tak lagi ada beda.

Yang warna putih yang pergi tak lagi bisa ditangisi.

Blimbing, 20/11/2020
(Terunggah di Buku Kumpulan Puisi ‘Penerjemah Angin’ di KBM App)


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here