Tahukah Sobat Filmi bahwa anak yang bisa membaca belum tentu gemar membaca. Kok bisa? Ya, bisa. Buktinya, banyak anak-anak bahkan orang dewasa tidak suka membaca. Lihat saja terminal, stasiun, bandara, dan ruang publik lainnya, sulit kita temui orang antre sambil membaca buku. Rata-rata tangan dan matanya bergerilya dengan ponsel masing-masing.
Ketidaksukaan pada kegiatan membaca biasanya berangkat dari hal yang tidak dipahami. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Early Grade Reading Assessment (EGRA) yang dilakukan pada 2014. Menurut pengukuran EGRA diketahui bahwa banyak anak Indonesia bisa membaca namun tidak bisa memahami maknanya. Mereka sekadar bisa mengeja huruf tanpa benar-benar paham dengan kata dan kalimat yang diucapkan.
Melihat kondisi ini, apa yang bisa dilakukan Sobat Filmi di rumah? Apa menyerah begitu saja dengan keadaan? Tentu saja tidak, bukan?
Paul Jennings, penulis cerita anak termasyhur asal Australia, dalam bukunya Agar Anak Anda Tertular “Virus” Membaca (Penerbit MLC, 2006), mengatakan cara terbaik agar anak gemar membaca yaitu dengan menanamkan kecintaan terhadap buku. Internalisasi yang berbuah cinta pada buku membutuhkan pembiasaan dan dukungan lingkungan.
Berikut ini beberapa tips untuk menciptakan kebiasaan dan lingkungan yang kondusif bagi anak di rumah:
1. Sediakan buku yang disukai anak dan sesuai dengan perkembangan psikologinya
Ingat ya, buku yang disukai anak, bukan buku yang harus mereka sukai karena kita, orang tua, memandang itu bagus untuk mereka. Kita bisa, kok, memperkirakan sebuah buku menarik atau tidak untuk anak-anak kita. Apalagi sekarang pasar buku anak mulai dipenuhi oleh buku-buku berkualitas: dibuat serius dalam kurun agak lama mulai dari penyusunan naskah, ilustrasi, penyuntingan, hingga uji keterbacaan. Di pasaran juga muncul buku-buku yang sudah dijenjangkan sehingga memudahkan kita untuk memilih buku bermutu bagi anak-anak.
2. Dongeng sebelum tidur
Nah, waktu yang tepat untuk menanamkan kegemaran membaca pada anak adalah mendongeng menjelang anak-anak tidur. Tentu saja dongeng yang dipilih mengandung pesan dan nilai moral yang baik ya. Jangan sampai dongeng yang diceritakan memiliki pesan yang sulit dicerna oleh anak apalagi bertema horor. Dijamin deh, mereka tidak akan bisa tidur!
Kita juga bisa berganti peran dengan anak-anak lho! Beri mereka kesempatan untuk mendongeng. Tapi jangan dipaksa, ya! Pasti seru deh! Anak-anak punya imajinasi sendiri yang perlu diberi ruang untuk berkembang. Penting nih, saat mereka mendongeng, jangan sampai kamu tertidur ya, Sob!
3. Bacakan buku kepada anak (read aloud)
Kalau dongeng umumnya tidak menggunakan buku, pembaca Read Aloud harus memegang buku. Usahakan, saat membaca buku, Sobat mengatur ritme suara, penekanan intonasi, dan mimik wajah yang bersahabat ya. Wajah dan bahasanya jangan sampai datar. Perlu diingat, kegiatan membacakan buku tidak bertumpu pada teks yang dibacakan, melainkan interaksi antara Sobat dan anak-anak ya. Beri kesempatan pada mereka untuk bertanya, berkomentar, atau menyanggah isi buku. Dari sekian hal yang mereka sampaikan, Sobat jadi tahu apa yang mereka pahami, pikirkan, dan lakukan.
4. Ajak diskusi tentang isi buku
Anak belum tentu memahami isi buku. Oleh karena itu, Sobat perlu memancing pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami buku yang dibacanya. Pertanyaan pengungkit misalnya, “Menurut kamu, isi bukunya bagus, tidak?”, “Buku itu membahas apa, sih?”, atau “Apa ada hal yang kamu tidak mengerti dari buku itu?”
Kita dalam posisi terbuka untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan mereka. Perlu diperhatikan, kita akan menjadi sahabat mereka sehingga upayakan kalimat yang terlontar tidak bernada menggurui apalagi terkesan sok tahu. Kalau Sobat tidak tahu jawabannya, jujur saja akui, lalu ajak mereka membaca lebih lanjut bukunya. Interaksi ini akan semakin menguatkan hubungan antara Sobat dengan mereka.
5. Tawarkan dan dorong untuk menulis
Dengan membaca, pengetahuan anak bertambah. Kelebihan lainnya adalah anak memiliki opini, komentar, atau kritik terhadap bahan bacaan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan tersebut harus diakomodasi melalui kegiatan menulis. Dorong anak untuk menuliskan isi kepalanya terkait bahan bacaan yang dikunyahnya atau tema lain yang diperkaya oleh berbagai bahan bacaannya.
Latih mereka perlahan, jangan terburu-buru. Mereka butuh waktu hingga lancar menuliskan beragam hal yang muncul di pikirannya. Satu lagi, jangan jejali mereka dengan beragam teori menulis efektif. Biarkan mereka menulis secara alami. Dengan begitu, mereka akan mulai merasakan nikmatnya menyusun pikirannya dengan tertata melalui tulisan.
6. Tata rak buku di tempat yang strategis
Letakkan buku di tempat strategis. Artinya, di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau anak. Tempat strategis misalnya rak buku di ruang tamu, dekat televisi, atau samping tempat tidur. Upayakan, kemana pun mereka berpindah tempat di penjuru rumah, mereka melihat ada buku di sana. Hal ini untuk mengesankan bahwa mereka dapat membaca kapanpun dan di manapun mereka suka.
7. Membaca di depan anak
Nah, ini faktor yang tak kalah penting, Sobat Filmi. Jangan suruh anak membaca kalau kita sendiri tidak membaca. Keteladanan itu penting sekali untuk membentuk kebiasaan membaca pada anak. Anak melihat apa yang dilakukan orang tua, bukan yang disampaikannya.
Bukannya bermaksud sombong, namun membaca di hadapan mereka akan memicu mereka untuk mengikuti kita. Tetapi awas, jangan sampai mereka mendapati kita berpura-pura membaca. Baca bukulah yang serius di depan mereka, jangan berpura-pura membaca.
Dengan mengikuti tujuh kegiatan di atas, diharapkan anak akan gemar membaca. Ingat ya, tujuannya adalah agar mereka gemar dan cinta membaca. Jadi fokusnya bukan pada jumlah (kuantitas) buku yang dibaca melainkan kualitas kegiatan bersama buku dan lingkungan yang menyenangkan bagi kegiatan membaca. Selamat mencoba di rumah!*
Billy Antoro
Kereen…